Kapan Hijrah, dan Kejadian Pasca Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah

Hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah tak terjadi pada tanggal 1 Muharram.

Dalam kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum, Syeikh Al-Mubarakfury mengatakan bahwa Muhammad SAW. meninggalkan kediamannya di Mekkah ke kediaman Abu Bakar saat hari gelap atau malam hari, yakni pada tanggal 27 Shafar. Dari kediaman Abu Bakar, Rasulullah SAW. bersama Abu Bakar meninggalkan Mekkah ke tempat yang berlawanan dengan Madinah, menuju Gua Tsaur untuk tujuan sembunyi. Nabi Muhammad SAW. sempat menginap di dalamnya selama tiga malam, yakni malam Jumat, Sabtu serta Ahad.

Bersama Abu Bakar dan Abdullah bin Uraiqith serta orang kafir penunjuk jalan, Rasulullah SAW. memulai perjalanan ke Madinah lewat jalan yang tak lumrah.

Senin 8 Rabiul Awwal (23 Sept 622 M) Rasulullah Muhammad SAW. tiba di Quba, sekian kilometer sebelum masuk kota Madinah pada masa itu. Di Quba ini Rasulullah SAW. sempat menginap dari hari Senin, Selasa, Rabu hingga Kamis. Rasulullah SAW. bergerak menuju Madinah pada hari Jumat, tepatnya tanggal 11 Rabiul Awwal.

Jadi, rasanya kurang tepat apabila pada tanggal 1 Muharram diperingati peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. Mengapa? karena hijrah Rasulullah SAW. tak terjadi pada bulan Muharram. Apabila ingin memperingati hijrah nabi, waktunya seharusnya antara 27 Shafar hingga 11 Rabiul Awwal.

Jika kita memperingati 1 Muharam sebenarnya itu memperingati ulang tahun kelahiran Al-Madinah Al-Munawwarah. Sebab pada dasarnya penetapan kalender hijriah itu dari kepentingan sistem adminstrasi negara. Umar serta para shahabat ketika itu setuju untuk mulai hitungan tahun pertama adalah sejak berdirinya negara Madinah, yang secara politis dijatuhkan pada tahun dimana Nabi SAW. hijrah dan tiba di Madinah.

Tahun dimana Nabi SAW tiba di Madinah adalah tahun yang menjadi tonggak besar dalam sejarah Islam, sebab merupakan tahun awal mula berdirinya negara Islam pertama.

Seperti halnya kita bangsa Indonesia memperingati 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan RI, dan bangsa Amerika setiap 4 Juli memperingati The Independen Day, maka umat Islam sedunia memperingati tiap 1 Muharram sebagai awal mula berdirinya Madinah sebagai negara.

Tak sedikit orang yang meragukan Madinah sebagai negara, sekalipun yang beragama Islam. Padahal tak ada kausal untuk meragukan kenegaraan Madinah.

Madinah ketika itu sudah memenuhi rukun dasar sebuah negara, yakni adanya pemimpin, rakyat dan wilayah. Madinah punya hukum dan pengadilan sendiri. Yang lebih penting lagi, negara-negara besar di masa itu juga diakui bila Madinah merupakan negara berdaulat.

Buktinya dengan dijawabnya surat yang dikirim oleh Nabi Muhammad kepada para raja dunia. Jawaban dari penguasa Romawi Kaisar Heraklius, surat Nabi SAW yang berisi ajakan masuk Islam itu, direspons baik dengan sepenuh penghormatan serta pengakuan bahwa Rasulullah SAW. adalah kepala negara.

Madinah ketika itu masih sangat kecil areanya, kira-kira hanya seluas masjid An-Nabawi saat ini. Jumlah penduduknya pun masih sangat sedikit. Penelitian menyebutkan bahwa saat Rasulullah tiba, Madinah hanya memiliki penduduk sejumlah kira-kira 15 ribuan jiwa. Saat Rasulullah SAW mangkat, jumlah penduduk Madinah sudah mencapai dua kali lipatnya, yaitu sekitar 30 ribu jiwa.

Apa yg terjadi setelah Nabi Muhammad hijrah?

  1. Membangun Masyarakat Madinah.
  2. Membangun Masjid
  3. Berdakwah.

1. Membangun Masyarakat Madinah

Secara umum, kaum muslimin di Madinah berkuasa penuh sejak awal kedatangan mereka di sana tanpa ada seorang pun yang menguasai mereka. Oleh karena itu, mereka harus menghadapi tantangan hidup yang baru, mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik, hukum, hingga masalah perdamaian dan peperangan. Begitu pula penerapan secara umum ajaran Islam berupa halal dan haram, serta seluruh perintah dan larangan agama dalam segala aspek kehidupan.

Masalah yang dihadapi oleh para sahabat Muhajirin secara khusus adalah kondisi Madinah yang berbeda dengan Mekah. Ketika di Mekah, walaupun bersatu di bawah satu kalimat tauhid dan memiliki tujuan sama, mereka terpencar dari rumah-rumah mereka, tertindas dan terusir, serta tidak memiliki kekuasaan sedikit pun. Bahkan kekuasaan mutlak ada pada musuh mereka, kaum kuffar Quraisy. Oleh karena itulah, ayat-ayat yang turun di Mekah berkisar pada penjelasan dasar-dasar Islam dan hukum-hukum syariat yang dapat dilakukan secara perorangan berupa perintah untuk kebaikan dan takwa, akhlak mulia dan menjauhi perbuatan keji. Oleh karena itu, mereka belum memiliki persiapan untuk membangun negeri Islam yang baru di Madinah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mulai membangun kota Madinah dengan melakukan tiga hal pokok yaitu: membangun masjid, mempersaudarakan antara sahabat Muhajirin dan Anshar, dan mengadakan perjanjian damai. (Lihat Ar-Rahiqukul-Makhtum, Hal.208-209)

2. Membangun Masjid

Sebagaimana yang telah lewat pembahasannya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhenti di tempat berhentinya kendaraan beliau sesuai perintah Allah. Tempat tersebut adalah tanah milik dua anak yatim dari Bani Najjar yang diasuh oleh paman mereka, Asad bin Zurarah. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menawar unuk membelinya. Namun mereka mengatakan, “Akan kami hibahkan kepadamu, wahai Rasulullah.” Akan tetapi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak menerima kecuali dengan harga. (HR. Bukhari, no.3906)

Diriwayatkan bahwa di tempat tersebut terdapat kuburan orang-orang musyrik, bangunan rusak, dan kebun kurma. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar kuburan dibongkar, bangunan diratakan, sedang pohon-pohon kurma ditebang dan disusun di arah kiblat masjid (ke arah Baitul-Maqdis di Palestina, sebagai kiblat pertama bagi kaum muslimin sebelum Ka’bah).

Para sahabat bekerja mengangkut batu dengan giat dan penuh semangat, apalagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ikut bekerja bersama mereka sambil melantunkan syair. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersenandung:

Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat maka rahmatilah kaum Anshar dan Muhajirin.” (HR. Bukhari, no.3906)

Di antara para sahabat, yang paling giat adalah Ammar bin Yasir. Tiap-tiap sahabat mengangkat batu bata satu per satu, sedangkan beliau mengangkat dua batu sekaligus, satu batu untuk beliau sendiri dan satu batu untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammengusap pundaknya seraya mengatakan, “Wahai putra Sumayyah, orang-orang mendapat satu pahala, adapun engkau mendapat dua pahala. Perbekalanmu yang terakhir adalah minum susu dan kamu akan dibunuh oleh kelompok yang zalim.” (HR. Muslim, 2236 dan 2916)

Perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini adalah salah satu tanda dari kenabian, karena Ammar bin Yasir terbunuh ketika perang disebabkan oleh orang-orang Khowarij (yaitu Perang Shiffin) anatara Ali dan Mu’awiyah, sedang Ammar bersama pasukan Ali bin Abi Thalib dan yang membunuhnya dari pasukan Mu’awiyah. Dan beliau wafat dengan sifat yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadis di atas, yaitu sebelum terbunuh beliau meminum susu. (Sirah Dr. Mahdi, 1:347)

Bangunan masjid ini tetap dalam keadaan aslinya hingga pada masa Abu Bakar, beliau tidak mengubahnya. Pada masa Umar memerintah, beliau mengubah tiang-tiangnya menjadi kayu dan melindungi atapnya dari hujan. Lalu ketika Utsman menjadi khalifah, beliau melakukan banyak perubahan. Beliau membangun temboknya dengan batu-batu yang berukir dan kayu-kayu yang berasal dari India. (HR. Bukhari, no.448)

Umar bin Khaththab melarang menghiasi masjid agar tidak memfitnah manusia. Sedangkan Anas membenci memakmurkan masjid dengan cara menghiasi dan mencela manusia karena tidak memakmurkan masjid dengan shalat. (Al-Fath, 3:107)

Ketika awal dibangunnya, Masjid Nabawi ini tidak memiliki mimbar untuk khotbah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat itu berkhotbah pada batang kurma. Tatkala mimbar untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dibuat kemudian beliau menaiki mimbar tersebut untuk berkhotbah, maka kurma tersebut jatuh tersungkur dan merintih mengeluarkan suara kerinduan seperti suara unta yang rindu dan memanggil anaknya. Ini karena batang kurma itu terharu ketika mendengar khotbah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pergi merangkulnya sampai ia tenang seperti tenangnya bayi ketika dibuai. (HR. Bukhari, no.3584-3585)

Alangkah indah apa yang dikatakan oleh Hasan al-Bashri setelah meriwayatkan hadis ini beliau berkata, “Batang kurma ini menangis wahai kaum muslimin, ia sebagai kayu merintih dengan suara tangis karena rindu sebab ditinggal oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Bukankah manusia lebih berhak untuk rindu kepada beliau?” (Dalail Nubuwwah, oleh Al-Baihaqi, 2:559)

Setelah menyelesaikan bangunan masjid, para sahabat berselisih tentang bagaimana memanggil kaum muslimin untuk shalat berjamaah. Maka pada saat itu, yaitu pada tahun pertama hijrah, diwajibkan adzan untuk shalat lima waktu. Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Zaid melihat dalam mimpi tentang adzan. Lalu beliau mengabarkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengajarkannya kepada Bilal, lalu Bilal melakukan adzan. Ketika mendengarnya, Umar bin Khaththab datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Aku melihat dalam mimpi seperti yang dilihat oleh Abdullah bin Zaid.” (Shahih. HR. at-Tirmidzi, 1:61-62)

Sejak saat itu, fungsi Masjid Nabawi yang paling pokok adalah untuk menunaikan ibadah kepada Allah dan sebagai tempat untuk perkara-perkara yang penting bagi kaum muslimin seperti:

– Sebagai tempat bagi para muhajirin yang miskin, khususnya para pemuda yang belum memiliki rumah; mereka dikenal sebagai ahli shuffah.

– Tempat ta’lim, di mana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kaum muslimin ajaran agama mereka.

– Tempat untuk menerima para utusan kabilah yang datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

– Tempat untuk mengadakan bendera perang.

– Tempat pertemuan dan pergaulan para sahabat dengan sesama mereka dan bersama pemimpin mereka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

3. Berdakwah

Setelah 2 unsur setidaknya yang sudah disiapkan. Yaitu masyarakat yang siap didakwahi dan juga masjid sebagai pusat pertemuan. Dakwah Islam semakin berkembang dan diterima khalayak.

Demikian sedikit ulasan “Kapan Hijrah, dan Kejadian Pasca Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah,” semoga bermanfaat.

Sumber : Bersamadakwah | KIsahmuslim

hijrah
Comments (0)
Add Comment