Begitu pula Ramadhan, ia adalah tamu, tamu agung yang di setiap sisinya membawa kado terindah yang pernah ada, yang 10 hari kunjungan awalnya adalah untuk menumpahkan rahmat Allah, lalu 10 hari keduanya adalah untuk membumikan ampunan Allah, lalu 10 hari akhir sebelum ia berpamitan, Ia akan memberi kita kesempatan meraih tiket emas untuk selamat dari jilatan pedih api neraka.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Maka, isi hati kita dengan kebahagiaan, hiasi dinding rumah kita dengan ayat Quran dan hadits-hadits yang mengingatkan kita keutamaan tamu Ramadhan ini, atau mulailah kita membersihkan masjid dan memakmurkannya, menyebar buletin Ramadhan untuk mengingatkan orang-orang, dan bisa juga kita mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk membahas Ramadhan secara intensif, sebagai wujud senangnya kita akan datangnya Ramadhan.
Keempat, Mengganti Puasa wajib yang dulu pernah tertinggalkan.
Ada hutang yang mesti dibayar. Begitu juga dengan puasa, coba kita perhatikan tanggal di mana dulu kita berpuasa, adakah di sana yang bolong atau belum tertunaikan karena sakit? Selagi Ramadhan belum hadir, mari kita menggenapkan yang ganjil, memenuhi yang kosong, dan menyempurnakan yang masih bolong. Utamanya agar jiwa ini siap mental sebagai pejuang untuk menyambut Ramadhan, bukan mental pahlawan kesiangan yang ternyata banyak hutang dan tanggungan yang belum tertunaikan.
Imam ibnu Hajar dalam Kitab Fathul Bari mengatakan, “Tidak boleh mengakhirkan qadha puasa Ramadhan sampai datang Ramadhan yang berikutnya.”
Kelima, Menambah wawasan keilmuan kita tentang Hukum Puasa dan Pengetahuan Ramadhan.
“Al-fahmu qabla Al-Amal”, Faham dulu sebelum beramal, begitu tutur Imam Hasan Al-Banna. Manisnya Ramadhan tidak akan bisa dirasakan mereka yang dangkal pemahaman, sedikit mengetahui dan malas belajar tentangnya. Sungguh, Ramadhan akan menjadi bulan sejuta cinta bagi mereka yang memahaminya, mempelajari dan mengetahui rahasia-rahasia di balik kegagahan Ramadhan.
Keenam, Bersegera menyelesaikan pekerjaan sedini mungkin, agar Ramadhan kita bisa dimaksimalkan.
Kadang banyak pekerjaan yang menghambat kita untuk memaksimalkan diri di bulan Ramadhan, seperti deadline proyek yang seabrek, atau tanggungan pekerjaan yang ditunda-tunda cukup lama hingga menjadi tumpukan, dan mungkin urusan lain yang kita sering mengabaikannya hingga ia menjadi bom besar yang suatu saat siap meledak.
Maka selagi masih ada waktu, kita hulurkan tangan kita, konsentrasikan pikiran kita dan atur jadwal sedisiplin mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan kita, agar Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan paling indah. Percayalah.
Ketujuh, Berkumpul bersama Keluarga, Istri, dan anak tercinta untuk memotivasi mereka dalam menyambut Ramadhan.
Biasanya, seorang ayah akan mendidik anak kecilnya untuk puasa dengan iming-iming hadiah, atau kado di akhir bulan Ramadhan. Atau juga seorang bunda yang mendidik anaknya untuk berpuasa penuh di bulan suci Ramadhan, dan akan membuatkan kolak paling enak sedunia untuknya, alangkah indahnya masa kecil.
Berkumpul bersama keluarga tercinta untuk memenangkan Ramadhan adalah sebuah keindahan yang tiada tara, agar malaikat mendoakan keluarga ini sampai ke arsy-Nya, agar berkumpulnya keluarga ini sebagai wasilah untuk berkumpul kembali di surga Allah.
Bukankah begitu indah jika sebuah keluarga memiliki target satu hari satu juz, lalu Sang Ayah mendidik anak lelakinya untuk mengisi ceramah di masjid-masjid, seorang ibu mendidik anak perempuannya untuk berkeliling di jejalan raya membantu mereka yang tidak berpunya. Keluarga dengan semangat Ramadhan, keluarga impian.
Kedelapan, Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, agar terbiasa menjalani Shaum Ramadhan.
Dari Aisyah r.a, beliau berkata tentang amalan Rasulullah di Bulan Sya’ban, “Rasulullah berpuasa sampai kami mengatakan seakan-akan tak berbuka. Dan ketika beliau berbuka sampai kami mengatakan seakan-akan beliau tidak berpuasa” (HR. Bukhari)
Lalu dalam hadits lain beliau berkata, “Sungguh aku tak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasanya sebulan selain di bulan Ramadhan. Dan aku tak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban.” (HR. Nasa’i, hadits shahih)
Dari Usamah bin Zaid r.a, dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tak pernah melihat engkau lebih banyak berpuasa selain yang Engkau lakukan di bulan Sya’ban”, lalu Rasulullah menjawab, “bulan itu –Sya’ban- adalah bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia di antara Rajab dan Ramadhan, Bulan itu adalah bulan di mana amal-amal diangkat ke Tuhan semesta Alam, dan Aku menyukai amalanku diangkat ketika Aku berpuasa.”
Terakhir, Membaca Al-Quran dengan penuh rasa cinta.
Seorang Ulama bernama Salamah bin Kuhail berkata, “Dulu Bulan Sya’ban dinamakan sebagai Bulan pembaca Quran.”
Lalu Ulama’ Amru’ bin Qais ketika beliau memasuki Bulan Sya’ban, maka beliau akan menutup pintu tokonya, lalu menyibukkan diri dengan membaca Quran.
Kemudian Abu Bakar Al-Balkhi mengatakan, “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan mengairi tanaman, sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman”