Google kembali berinovasi, tahun ini dengan salah satu produknya yang cukup heboh dengan nama Stadia. Google sendiri mencoba mengubah industri game di dunia dengan memamerkan Stadia, platform cloud gaming treaming terbarunya.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Platform ini dijanjikan akan mengubah industri game secara keseluruhan di masyarakat, yaitu bagaimana game itu dijual, didistribusikan, dan bahkan proses pembuatannya.
Google sudah memperkirakan bahwa masa depan game ada di cloud. Memang, masih banyak hal yang belum diungkap Google mengenai Stadia. Utamanya adalah bagaimana model bisnis yang akan mereka terapkan di platform tersebut.
Model bisnis Stadia ini, menurut Bos divisi Stadia Phil Harrison, baru akan diungkap setidaknya pada musim panas 2019 ini. Yaitu bagaimana mereka menjual layanan ini, atau mungkin bagaimana developer bisa memperoleh uang dari layanan ini.
“Saya pikir ini adalah perubahan fundamental dalam industri game. Selama 40 tahun terakhir kita sudah mempaketkan media dan game dari tahu 1970an sampai sekarang, game adalah perangkat-sentris,” ujar Harrison dalam wawancaranya dengan The Verge.
Spesifikasi Game Stadia
Melansir The Verge, Google memproyeksikan layanan Stadia akan mampu mendukung aktivitas gaming di resolusi 4K (60 FPS) dengan dukungan kecepatan internet sekitar 25Mbps. Untuk kualitas gambar super jernih yang ditawarkan resolusi 4K, rasanya kebutuhan internet sekitar 25Mbps terbilang kecil, apalagi untuk negara-negara maju yang memang infrastruktur internetnya sudah sangat maju.
Lebih lanjut, Google Stadia merupakan platform streaming game yang memungkinkan gamers bermain dengan perangkat apa pun, tapa perlu spesifikasi yang tinggi. Dikutip dari EuroGamer, Kamis (21/3), Google Stadia pada setiap servernya menggunakan prosesor kustom x86 dengan kecepatan 2,7 GHz hyper-threaded CPU dengan AVX2 SIMD dan 9,5MB L2 + L3 cache yang dipasangkan dengan RAM 16 GB.
Yang menonjol dari spesifikasinya adalah pengolah grafis atau GPU-nya. GPU server Google Stadia merupakan besutan AMD. GPU-nya juga khusus, yakni dibuat secara kustom dengan memori HBM2 dan 56 unit komputasi yang mampu menghasilkan 10,7 teraflops dengan kinerja pengolahan data hingga 484 GB per detik.
Saat ini, tidak jelas apakah memori 16 GB untuk seluruh sistem, atau hanya untuk VRAM GPU. Namun, bandwidth yang dikonfirmasi menunjukan kecocokan 100 persen untuk HBM2 yang digunakan pada kartu grafis RX Vega 56 AMD