Sambal sangat lekat dengan menu kuliner Indonesia, selain sebagai penggugah selera sambal ternyata memiliki historis panjang di wilayah nusantara.
Timbul Hartoyo dan H.I.R Hinzler ahli arkeolog Jawa Kuna menemukan bahwa sambal sudah menjadi bagian dari menu makan masyarakat Jawa sebelum dikenal cabai (Capsicum) dari Benua Amerika yang dibawa orang Portugis pada abad ke-16.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Sebelum cabai masuk nenek moyang orang Jawa menggunakan caban jawa (Piper retrofractum), lada (Piper nigrum), dan jahe (Zingiber officinate) sebagai bahan pembuat sambal.
Di Sumatra Utara juga terkenal dengan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) tanaman khas yang digunakan sebagai cita rasa pedas.
Pada tahun 1961, seorang petualang Prancis, Augustin de Beaulieu, dijamu makan di Istana Aceh. Ia disajikan berbagai hidangan tak terkecuali sambal. namun tidak disentuhnya. Karena khawatir akan pencernaannya. Kesan ini bertahan selama berabad-abad setelahnya.
Pembahasan tentang sambal ini pernah ditulis oleh Beb Vuyk salah seorang sastrawan Indo dengan judul “Groot Indonesisch Kookboek (1973).”
Dalam buku tersebut menyebutkan “zonder sambal smaakt de indonesier de maaltijd niet.” (Orang Indonesia tidak dapat menikmati makanan tanpa sambal).
Sambal Masa Kini
Sambal memang menarik dibahas, posisinya sekarang bukan hanya di meja emperan tetapi juga masuk ke meja meja istana, restoran dan hotel hotel berbintang.
Kebutuhan akan sambal sangat besar dan menyebar begitu luar, berbagai produk makanan menggunakan secara khusus level sambal sebagai bahan jualanya.
Dibeberapa daerah juga bervariasi ada yang dicampur jengkol, lalapan, jeruk nipis, lele goreng tempe penyet dan lain-lain sesuai dengan kearifan lokal disana.
Bagaimana dengan anda apakah suka sambal atau tidak ?