Sejaran dan Biografi Fatahillah, Sang Pembebas Sunda Kelapa

Sejaran dan Biografi Fatahillah, Sang Pembebas Sunda Kelapa
Sejaran dan Biografi Fatahillah, Sang Pembebas Sunda Kelapa

Sedangkan Fatahillah adalah seorang Panglima Pasai, bernama Fadhlulah Khan, orang Portugis melafalkannya sebagai Falthehan.

Baca juga: Biografi Pahlawan Untung Surapati, Pejuang Kemerdekaan Melawan VOC Di Bangil Pasuruan

Ketika Pasai dan Malaka direbut Portugis, ia hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan Banten) setelah gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus (Pati Unus, menantu Raden Patah Sultan Demak pertama).

Dalam wawancara dengan majalah Gatra di akhir dekade 90, alm. Sultan Sepuh Cirebon juga mengkonfirmasi perbedaan 2 tokoh besar ini dengan menunjukkan bukti 2 makam yang berbeda.

Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati sebenarnya dimakamkan di Gunung Sembung, sementara Fatahillah (yang menjadi menantunya dan Panglima Perang pengganti Pati Unus) dimakamkan di Gunung Jati.

Menurut Saleh Danasasmita sejarawan Sunda yang menulis sejarah Pajajaran dalam bab Surawisesa, Fadhlullah Khan masih berkerabat dengan Walisongo karena kakek buyutnya Zainal Alam Barakat adalah adik dari Nurul Alam Amin (kakek Sunan Gunung Jati) dan kakak dari Ibrahim Zainal Akbar (ayah Sunan Ampel) yang semuanya adalah putra-putra Syekh Maulana Akbar dari Gujarat,India.

Fatahillah, Sang Pembebas Sunda Kelapa

Walaupun cukup banyak pendapat tentang asal usulnya, Fatahillah diperkirakan menginjakkan kakinya di tanah Jawa pada 1525. Kala itu, ia juga telah menyadari adanya ancaman kehadiran Portugis yang telah difasilitasi oleh Kerajaan Pajajaran melalui perjanjian Padrao (1522).

Menurut sejumlah sumber sejarah, raja Sunda menyambut hangat kedatangan bangsa Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik takhta menggantikan ayahnya dan bangsa Portugis memanggilnya dengan sebutan “Raja Samio”.

Kala itu, raja Sunda menyepakati perjanjian persahabatan dengan raja Portugis dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal mereka.

Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai, maka dia akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis.

Dengan kata lain, Sunda Kelapa memang berada di wilayah Kerajaan Pajajaran dan kerajaan tersebut bermaksud mengundang Portugis demi mengamankan eksistensinya atas apriori terhadap perkembangan Islam di pulau Jawa.

Sedangkan, dalam sudut pandang Fatahillah, kehadiran Portugis di Sunda Kelapa adalah ancaman regional terhadap seluruh kerajaan di Nusantara, khususnya pulau Jawa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses