Setiap orang tua pasti membutuhkan pengetahuan yang mendalam dalam mengarungi perjalanan kehidupan berkeluarga. Salah satunya bagaimana cara mengasuh anak yang sangat minim referensi. Berikut artikel yang berjudul “Tujuh Pilar Pengasuhan untuk Anak” yang kami kutip dari facebook Novita Ratna Andadari
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!1. Kesiapan Menjadi Orangtua
Apabila sudah memantapkan diri berkeluarga, tentunya sudah harus siap menjadi suami dan menjadi istri. Lantas bersiap pula menjadi ayah dan ibu. Tak hanya sekedar stastus. Memahami peran sebagai sosok ayah, juga bagaimana memahami peran sebagai ibu. Bagaimana tanggung jawab atas kedua peran tersebut baik dia sebagai ayah dan peran sebagai ibu.
Fungsi yang melekat pada ayah pasti berbeda dengan fungsi ibu. Kesemuanya harus benar-benar disiapkan sejak awal ketika memutuskan untuk berkeluarga. Maka kenapa di tulisan sebelumnya saya sampaikan harus bersungguh-sungguh dalam menentukan kriteria pasangan hidupnya agar keduanya siap menjadi orangtua.
2. Ayah harus Terlibat
Pendapat lama yang sering kita dengar adalah ayah mencari nafkah ibu mengasuh anak. Padahal di dalam Al-Qur’an berbicara 14 dialog antara ayah dan anak, dan hanya ada 3 dialog antara ibu dan anak. Benarlah ketika negeri ini ada sebutan negeri tanpa ayah.
Karena faktanya ayah benar-benar menghabiskan waktunya sehari-hari bekerja di luar rumah memenuhi kebutuhan nafkah keluarga. Tak salah memang. Namun usai ayah bekerja, sesampainya di rumah anak-anak tak bercengkerama dengan sang ayah. Karena didapati sang ayah sudah kelelahan.
Pengasuhan optimal ketika ayah terlibat aktif bersama ibunya. Ayah menjadi sumber kekuatan pengasuhan untuk pembentukan karakter anak. Kedekatan ayah dan ibu kepada anak-anaknya secara fisik dan psikologis berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Anak-anak yang cerdas secara moral, cerdas spiritual dan cerdas intelektual karena adanya peran pengasuhan dari ayah dan ibu yang optimal. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak begitu utama dalam madrasah keluarga.
Ayah sebagai pemimpin dan penentu Garis Besar Haluan Keluarga (GBHK). Anak-anak yang banyak mengalami masalah di luar rumahnya tawuran remaja misalnya, bahkan narkoba dll, ini adalah karena kurangnya bounding peran ayah di keluarganya.
Salah satu penyebab masalah kurangnya bounding antara lain karena ayah dan ibu yang innerchild, ayah diam, ayah keras, ayah jayus, ayah melempar tanggung jawab, dan ayah menyalahkan ibu.
Selain berperan menjadi penentu GBHK idealnya ayah memiliki kewenangan untuk menentukan tujuan keluarga sesuai ketentuan Allah. Membuat kebijakan peraturan, menentukan standart keberhasilan, mendidik dan membimbing istri dan anak, melakukan pengontrolan, mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas. Tentunya semua kewenangan tersebut dibicarakan bersama pasangan hidupnya.
Ayah juga berhak untuk dicintai, dihargai, dihormati, dipedulikan serta dipercaya. Inilah pilar kedua tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan untuk anak-anak.
3. Tetapkan Tujuan Pengasuhan dan Sepakati
Melalui penentuan Garis Besar Haluan Keluarga (GBHK) dibuat di awal dengan melibatkan ayah sebagai pemimpin keluarga dan ibu sebagai penguat ayah di dalam pengasuhan anak.
Pengasuhan pada anak laki-laki dan perempuan berbeda. Sang Maha Rahman memberikan otak yang berbeda pada tiap-tiap anak. Fitrah dan fungsinya pun berbeda di dalam keluarga. Tanggung jawab keduanya juga berbeda.
Membekali anak-anak dengan tujuan pengasuhan yang jelas dengan menanamkan bahwa anak-anak adalah hamba Allah, mukmin yang bertaqwa. Membentuk anak-anak sesuai peran dan tanggung jawabnya.
Apabila perempuan menegaskan perannya kelak sebagai calon istri. Dan laki-laki perannya sebagai calon suami. Anak-anak kelak memainkan perannya sebagai pengayom, pendidik keluarga serta penanggung jawab keluarga.
Ayah dan ibu berupaya penuh saling menguatkan kesepakatan pengasuhan yang sudah dibuat bersama. Hal ini untuk menghindari kebingungan pola asuh pada anak. Inilah fungsi menetapkan tujuan pengasuhan di awal.
4. Komunikasi Yang Benar, Baik dan Menyenangkan
Sebagai orangtua mari kita mengevaluasi cara berkomunikasi dengan anak-anak. Belajar komunikasi yang benar dengan anak yaitu mendengar aktif, membaca bahasa tubuh anak, menghindari 12 gaya populer kekeliruan dalam komunikasi (dari Elly Risman) yaitu: memerintah, menyalahkan, meremehkan, membanding-badingkan, mencap (memberi label), mengancam, menasehati, membohongi, menghibur,mengkritik, menyindir, dan menganalisa.
5. Orang tua yang Menanamkan Nilai Agama
Tanggung jawab orang tua adalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan. Anak faham adalah anak tidak terbebani dan tidak menolak, namun anak melakukannya dengan suka dan bahagia. Jadi targetnya adalah bukan bisa tetapi suka.
Prioritas penanaman nilai agama yang utama adalah lurus imannya, takut pada Allah, benar dan baik ibadahnya serta berakhlakul karimah. Berikutnya adalah menyiapkan mereka memasuki masa baligh dan dewasa, siap menjadi menantu, siap menjadi istri dan suami, siap menjadi ibu dan ayah.
6. Menyiapkan Masa Baligh
Dimulai dari kesadaran dan kesepakatan bahwa anak adalah amanah dari Allah. Kesadaran bahwa kita sebagai orang tua kelak memiliki tanggung jawab pada Allah. Anak juga perlu pendampingan melewati masa pubertas. Peka bahwa sekarang adalah masa genting untuk membentengi anak-anak kita dengan isu berkembang. Sedangkan sepakat yaitu kedua orang tua harus punya concern, commitmen dan continuity dalam menyiapkan masa balighnya.
Kuncinya adalah menyediakan waktu dan tenaga, tingkatkan terus pengetahuan dan ketrampilan. Bagaimana mempersiapkannya? Masing-masing orang tua membuat daftar: apa yang luput selama ini dan apa yang diperlukan sekarang. Mempersiapkan materi sesuai umur. Lantas menentukan prioritas dan bagi tugas (ayah dan ibu).
7. Bijak Memanfaatkan Teknologi
Berikut ini langkah-langkah bijak memanfaatkan teknologi:
• Sepakati makna teknologi/media
• Sadari bahwa anak kita adalah digital native
• Pahamkan baik dan buruknya sebelum anak menggunakan teknologi
• Cek kesesuaian conten dengan usia, cek rating, cek batas usia
• Buat aturan & tentukan konsekuensi
• Latih bagaimana mengantisipasinya hal buruk
• Lakukan kontrol: ketika anak menggunakan gadget dan internet. Musyawarah. Bicara dengan pasangan tentunya tetap harus diintensifkan. Pilih waktu dan isu kritisnya.
Nah sahabat facebook, semoga kita sebagai orang tua dan yang akan menjadi orang tua harapannya bisa mengambil dan menerapkan 7 pilar pengasuhan untuk anak ini sebagai langkah perbaikan generasi mendatang. Generasi yang tidak hanya cerdas intelektual, namun juga cerdas spiritual. Aamiin.
Demikian sedikit ulasan “Tujuh Pilar Pengasuhan untuk Anak,” semoga bisa menjadi inspirasi keluarga dalam mengasuh buah hatinya.
Baca juga website Tips Online