Biografi Sultan Baabullah Datu Syah Asal Maluku Penguasa 72 Pulau

Sultan Baabullah kelahiran 10 Februari 1528 yang kemudian dikenal dengan sang penakluk dari timur Nusantara.

Dalam pemberian gelar Pahlawan Nasional tahun 2020, nama Sultan Baabullah masuk didalamnya tentu karena sumbangsih yang besar terhadap kemerdekaan Nusantara.

Sultan Babullah, juga dikenali sebagai Baab atau Babu dalam sumber Eropa, merupakan sultan ke-7 dan penguasa ke-24 Kesultanan Ternate di Kepulauan Maluku yang memerintah antara tahun 1570 dan 1583. Ia dianggap sebagai Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku karena keberhasilannya mengusir penjajah Portugis dari Ternate dan membawa kesultanan tersebut kepada puncak kejayaannya di akhir abad ke-16.

Sultan Baabullah juga dikenali dengan gelar “Penguasa 72 Pulau”, berdasarkan wilayah kekuasaannya di Indonesia timur, yang mencakup sebagian besar Kepulauan Maluku, Sangihe dan sebagian dari Sulawesi. Pengaruh Ternate pada masa kepemimpinannya bahkan mampu menjangkau Solor (Lamaholot), Bima (Sumbawa bagian timur), Mindanao, dan Raja Ampat.

Peran Maluku dalam jaringan niaga Asia meningkat secara signifikan karena perdagangan bebas hasil rempah dan hutan Maluku pada masa pemerintahannya.

Baca juga “Mengenal Daftar Nama Raja Dan Sejarah Kerajaan Di Indonesia.”

Penguasa 72 Pulau

Seorang peneliti Belanda bernama Valentijn merinci setidaknya ada 72 wilayah atau kerajaan yang berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate. Dari situlah Sultan Baabullah memperoleh julukan sebagai “Penguasa 72 Negeri” (Reid, Anthony, Southeast Asia in the Early Modern Era, 1993:38).

Sultan Kecil Hingga Dewasa

Sejak kecil Sultan Baabullah sudah menemani ayahnya kemana-mana, termasuk ketika sang sultan diasingkan untuk sementara ke Goa pada tahun 1545 hingga 1546.

Beranjak dewasa, ia membantu ayahnya menjalankan pemerintahan kesultanan, dan ikut menandatangani surat perjanjian vasalisasi Ternate kepada Portugis pada tahun 1560—surat Indonesia tertua dengan stempel kesultanan yang masih bertahan. Sumber-sumber Portugis semasa mengenali Baab sebagai calon pewaris takhta (herdeiro do reino) Ternate, walaupun ada pula sumber lain yang menyebut bahwa ia memiliki satu atau dua saudara dengan klaim takhta yang lebih kuat.

Ketika pecah perang Ternate–Portugis yang pertama (1559-1567), Sultan Khairun mengutus putera – puteranya sebagai panglima untuk menghantam kedudukan Portugis di Maluku dan Sulawesi, salah satunya adalah pangeran Baab yang kemudian tampil sebagai panglima yang cakap dan berhasil memperoleh kemenangan bagi Ternate.

Ternate sukses menahan ambisi Portugis sekaligus memenangkan banyak wilayah baru. Setelah kejatuhan Ambon ke tangan Ternate dalam perang Ternate – Portugis yang pertama, Portugis terpaksa memohon damai kepada sultan Khairun yang kemudian disambut dengan itikad baik.

Kematian Ayahnya

Terpilihnya Sultan Baabulah berawal dari terbunuhnya Khairun Jamil yang tidak lain adalah ayahnya. Berawal dari undangan jamuan makan de Mesquita  ke Benteng Sao Paulo milik Portugis yang hanya berjarak sekitar 5 kilometer istananya.

Alih-alih menyelesaikan perselisihan masalah kekuasaan di Ambon jamuan makan tersebut malah dijadikan untuk menikam dari belakang. Antonio Pimental yang tidak lain adalah keponakan gubernur, perlahan mendekat dari belakang dan dengan cepat menusukkan kerisnya. Hingga bersimbah darah dan meninggal dunia dan jasadnya dibuang kelaut malam itu juga.

Misi Mengusir Portugis

Setalah resmi dilantik Sultan menyusun strategi tempur dengan tujuan menghabisi orang-orang Portugis yang ada di seluruh Kepulauan Maluku. Ambon, Seram, Bacan, Banggai, Buton, Luwik, Sula, Halmahera, hingga Celebes dan mengkondisikan untuk menyiapkan serangan besar-besaran.

Tak berhenti disitu, Sultan Baabullah juga meminta bantuan kerajaan lain yang ada di Makassar, Jawa, hingga Melayu (Sumatera), untuk bersama-sama melenyapkan kaum kolonialis dari bumi Maluku.

Sultan mengobarkan Perang Soya-Soya atau perang pembebasan negeri dengan menyiapkan 2000 armada perahu tempur beserta lebih dari 120.000 prajurit.

Sejak tahun 1571, markas Portugis di berbagai tempat dihancurkan. Benteng penjajah pun satu per satu dapat direbut, dari Fort Tolocce, Santo Lucia Fortress, hingga Santo Pedro, tinggal Sao Paulo yang tersisa. Baabullah memang sengaja tidak langsung menyerang benteng yang didiami de Mesquita sekaligus lokasi pembunuhan ayahnya itu.

Sultan Baabullah selanjutnya memberi kesempatan kepada para penghuni benteng untuk pergi dari wilayah Ternate dalam waktu 24 jam. Sementara bagi mereka yang sudah beristrikan wanita lokal boleh tetap tinggal dengan persyaratanyang harus dipatuhi, yaitu mengabdi kepada kerajaan.

Setelah 15 Juli 1575, Ternate telah bersih dari orang-orang Portugis. Pamor Portugis di Ternate dan sebagian besar Kepulauan Maluku hilang.

Kematian Raja Baabullah

Pada bulan Juli 1583, Sultan Baabullah wafat. Hingga sekarang, penyebab kematiannya masih misteri dan menjadi perdebatan. Yang pasti, Sultan Baabullah adalah raja terbesar yang pernah memimpin Ternate. Setelahnya, kejayaan Kesultanan Ternate berangsur-angsur melemah dan kembali dijamah tangan-tangan asing, dari Spanyol kemudian Belanda.

Beberapa jam setelah jasadnya ditemukan. Saat itu juga dilantik Sultan Baabullah. Diatas singgasananya, Sultan Baabullah bersumpah akan membalaskan dendam sang ayah dan mengusir bangsa penjajah. Ia tidak akan berhenti berperang sebelum orang Portugis terakhir pergi dari wilayah kerajaannya.

Biodata

  • Nama Lengkap : Sultan Baabullah Datu Syah
  • Berkuasa 1570–1583
  • Pendahulu Khairun Jamil
  • Penerus Said Barakati
  • Lahir 10 Februari 1528
  • Wafat Juli 1583
  • Nama Ayah : Khairun Jamil
  • Nama Ibu : Boki Tanjung
  • Agama Islam

Demikian sedikit ulasan “Biografi Sultan Baabullah Datu Syah Asal Maluku Penguasa 72 Pulau.” semoga bermanfaat.

MalukuSultan Baabullah
Comments (0)
Add Comment