Search
Close this search box.

Biografi Razan Najjar, Paramedia Asal Gaza Palestina

Biografi Razan Najjar, Paramedia Asal Gaza Palestina
Biografi Razan Najjar, Paramedia Asal Gaza Palestina

Biografi Razan Najjar

Razan Najjar saat gugur masih berusia 21 tahun, beliau merupakan paramedis yang tewas ditembak Israel. Razan Najjar merupakan warga Khuzaa, sebuah desa pertanian di dekat perbatasan Israel, sebelah timur Khan Younis, Gaza, Palestina.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Ayahnya bernama Ashraf al-Najjar (44) yang dulu memiliki toko suku cadang sepeda motor, namun hancur oleh serangan udara tentara Israel saat perang antara Israel dan Hamas pada 2014. Sejak saat itu ayah Razan menjadi pengangguran.

Razan lahir sebagai anak pertama dari enam bersaudara. Menurut ayahnya, Razan Najjar tidak memiliki nilai yang cukup bagus saat ujian sekolah menengah atas untuk masuk ke universitas.

Namun ia ikut pelatihan paramedis di Rumah Sakit Nasser, di Khan Younis, kemudian menjadi relawan di Lembaga Bantuan Medis Palestina, sebuah organisasi kesehatan nonpemerintah.

Ayahnya menceritakan putrinya bangun sebelum subuh pada Jumat untuk sahur dan salat sebelum memulai aktivitas, dan hari itu adalah terakhir kalinya ia bersapa dengan putrinya.

Razan Najjar mengungkapkan bahwa ayahnya bangga dengan apa yang dilakukannya di perbatasan Gaza. Ia ingin membuktikan bahwa wanita juga memainkan peran penting dalam masyarakat konservatif Palestina.

“Menjadi petugas medis bukan hanya pekerjaan untuk pria. Ini untuk wanita juga,” tutur Razan seperti dilansir dari New York Times.

“Kami punya satu tujuan, untuk menyelamatkan orang-orang dan kami melakukan ini untuk negara saya,” ujar Razan Najar, yang menjadi gelombang pertama tim medis dalam demonstrasi Gaza.

“Tentara Israel bisa menembak sebanyak yang mereka bisa. Ini gila dan saya malu jika tidak ada di sana bersama rakyat saya,” kata Razan Najjar saat wawancara pada 20 April, seperti dilaporkan dari Aljazeera, 4 Juni 2018.

Razan Najjar, untuk alasan kemanusiaan, berupaya menerobos tabu masyarakat Timur Tengah dengan bekerja di lapangan selama 13 jam mulai dari 7 pagi hingga 8 malam.

“Wanita sering dicibir namun masyarakat harus menerima kami. Jika mereka tidak mau menerima pilihan kami, mereka harus dipaksa menerima kami karena kami memiliki kekuatan lebih besar daripada pria manapun,” tegas Razan Najjar.

Razan Najjar menjadi perbincangan dunia setelah gugur di medan tugasnya, Rzan Najjar saat itu sedang bertugas di tengah kerusuhan di Jalur Gaza, 1 Juni 2018. Menurut saksi mata, Razan yang berada kurang dari 90 meter dari pagar terjatuh setelah tertembak di bagian dadanya saat ia tengah menolong seorang lelaki yang terluka usai terkena gas air mata.

Ibunda Razan Najjar, Sabreen Najjar, mengungkapkan putrinya akrab dengan kamp di Khan Younis karena ia telah merawat orang-orang sejak demonstrasi 30 Maret.

“Dia tidak peduli apa yang orang bilang. Dia berkonsentrasi pada tugasnya sebagai relawan medis dan ini mencerminkan kekuatan dan niatnya,” ujar Sabreen.

“Putri saya tidak punya senjata, dia hanya perawat. Dia banyak menolong orang-orang,” tambah Sabreen disertai tangis.

Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan belasungkawa dan manyatakan Razan Najjar sebagai syuhada, seperti dikutip Middle East Monitor. Razan Najjar pun sempat mengunggah status di Facebooknya.

“Saya kembali dan tidak akan mundur. Tembak saya dengan peluru kalian. Saya tidak takut,” tulis Razan Najar di Facebook.

Dilansir dari Associated Press, Izzat Shatat, 23 tahun, seorang relawan ambulans mengatakan dia dan Razan Najjar akan mengumumkan pertunangan mereka setelah bulan Ramadan. Dia sempat dilanda cemas dan memintanya untuk tidak ke perbatasan pada Jumat lalu, namun ia menolak.

Akhirnya Razan Najjar tewas ditembak di bagian dada saat ia menolong korban luka di perbatasan dengan mengenakan jas medis putih berlogo Lembaga Bantuan Medis Palestina dan hijab biru tua.

Lihat juga berita-berita INITU di Google News, Klik Disini

Share the Post:

Related Posts