KH Zainul Arifin
KH Zainul Arifin aktif di NU sejak muda melalui kader dakwah.
Di antara jasanya adalah pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Kemudian menjadi panglimanya. Pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua DPR-GR. Selain itu, juga berjasa dalam menjadi anggota badan pekerja Komite Nasional Pusat. Pemerintah menetapkan dirinya sebagai pahlawan nasional pada 4 maret 1963.
KH Zainal Musthafa
Sosok KH Zainal Musthafa pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah. Dirinya merupakan salah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para penjajah Belanda. Ketika Belanda lengser dan diganti Jepang, tetap menolak kehadiran mereka.
Bersama para santrinya mengadakan perang dengan Jepang. Dan atas jasanya dianugerahi sebagai pahlawan nasional pada 1972.
KH Idham Chalid
Tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Juga sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Selain sebagai politikus, Ia adalah kiai yang pernah diamanahi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) anttara tahun 1956 hingga 1984.
Hingga saat ini ia merupakan ketua paling lama di ormas ini. Atas jasanya, Kiai Idham ditetapkan sebagai pahlawan pada 8 November 2011. Kemudian pada 19 Desember 2016, Pemerintah mengabadikannya di pecahan uang kertas rupiah baru, pecahan Rp 5 ribu.
KH Abdul Wahab Chasbullah
Sejak 1924, beliau mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bersama kiai lain. KH Abdul Wahab juga pernah mendapat amanah Rais ‘Aam PBNU dan mendapatkan gelar pahlawan pada 8 November 2014.
KH As’ad Syamsul Arifin
Di masa revolusi fisik, Kiai As’ad menjadi motor yang menggerakkan massa dalam pertempuran melawan penjajah pada 10 November 1945. Selepas kemerdekaan merupakan penggerak ekonomi-sosial masyarakat dengan menyerap aspirasi dari warga kemudian mendorong pemerintah daerah, menteri, maupun presiden guna mewujudkan pembangunan yang merata.
Kiai As’ad juga berperan menjelaskan kedudukan Pancasila tidak akan mengganggu nilai-nilai keislaman. Atas jasa-jasanya. Ia mendapat anugerah pahlawan pada 9 November 2016.
KH Syam’un
KH Syam’un pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Juga pernah menjadi Komandan Batalyon berpangkat daidancho atau mayor tahun 1943.
Tahun 1944 dilantik jadi Komandan Batalion PETA berpangkat mayor, memimpin 567-600 orang pasukan. Saat TKR dibentuk 5 Oktober 1945, pangkatnya naik jadi kolonel, Komandan Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan.
Tahun 1948, naik pangkat brigadir jenderal dan memimpin gerilya di wilayah Banten, sampai wafatnya tahun 1949, serta ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2018.
KH Masykur
KH Masjkur adalah tokoh NU yang pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di antara kontribusinya adalah ikut terlibat merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.
KH Masjkur juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (Peta) yang kemudian menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa. Dan ketika pertempuran 10 November 1945, namanya muncul sebagai pemimpin Barisan Sabilillah.
Tercatat pernah menjadi Menteri Agama Indonesia pada 1947 hingga 1949 dan 1953 sampai 1955. Juga menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI periode 1956 sampai 1971 dan anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1968.
Selain itu, Kiai Masjkur ikut serta membangun moral anak bangsa dengan mendirikan Yayasan Sabililah, lembaga masyarakat yang bergelut di bidang pendidikan.
Ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pada 8 November 2019.








