Memahami Ruang Lingkup dan Ciri-Ciri Taqwa, Langkah Ke Depan Alumni Ramadhan
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Puasa pada bulan Ramadhan, bila ditunaikan dengan memenuhi syarat dan rukun serta mengikuti tuntunan Rasulullah saw., pasti akan menghasilkan orang-orang yang bertaqwa (Al Baqarah 183). Jikalau puasa kita benar, maka kita menjadi orang bertakwa yang tak mungkin bisa tergoda oleh syetan.
Inilah barangkali makna hadits yang menyatakan bahwa pada bulan Ramadhan semua pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka lebar dan semua setan dibelenggu. sehingga setan tidak mungkin bisa memperdaya dan menggoda orang yang sedang berpuasa secara benar.
Kendati puasa telah selesai, namun ketakwaan hasil puasa baru mulai kita buktikan sehabis puasa. Idul fitri 1 Syawal disebut hari kemenangan, karena umat Islam telah usai puasa dan pasti meraih ketakwaan yang hasilnya adalah syurga.
Kata “taqwa” telah disebutkan dengan kata dasar atau pecahan katanya didalam Kitabullah. Terkadang anda membaca kata “ittaquu”, juga “al-Muttaqin”, “taqiyya”, juga “yattaqun”, “ittaqi”, “wattaquni”, “yattaqi” dan “al-atqa”.
Kata tersebut telah digunakan dalam Al-Qur’an lebih dari 187 kali. Stressingnya lebih pada surat-surat yang berbicara mengenai iman, kitab, Bani Israil, wasiat, warisan, riba, menyusui serta pembalasan. Di antara contoh paling gampang dalam hal itu adalah surat Al- Baqarah. Dalam surat ini, terdapat penyebutan 35 kali derivasi kata taqwa. Begitu kentalnya makna taqwa, karena ia merupakan inti persoalan dan puncak tujuan disyariatkannya semua ajaran Islam.
Bila kita teliti seluruh ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an, konotasi takwa mencakup banyak indikasi, antara lain:
1. Taqwa itu mencakup iman dan Islam.
Allah swt. Berfirman,
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janji apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar akan kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa” (Al-Baqarah: 177).
2. Taqwa dan hubungannya dengan tipu daya musuh
Allah swt. Berfirman,
“Jika memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudhorotan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan” (Ali Imran: 120).
3. Taqwa dan hubungannya dengan menyambung silaturrahim.
Allah swt. Berfirman,
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb-mu yang telah menciptakan diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.“ (An Nisa: 2).
4. Taqwa berhubungan dengan kebenaran (al-haq) dan keadilan.
Allah swt. Berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah: 8 ).
5. Taqwa dan hubungannya dengan larangan memberikan loyalitas terhadap orang kafir dan ahli alkitab yang senantiasa mengolok-olok Islam.
Allah swt. Berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil jadi pimpinanmu,orang-orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan,(yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (orang-orang musrik).Dan bertaqwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman.” (Al Maidah: 5)
6. Taqwa bermakna konsisten terhadap Islam dengan meninggalkan semua yang tidak Islami
Allah swt. Berfirman,
”Dan bahwa ( yang kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain).Karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa ” (Al-An’am : 153)
7. Taqwa bermakna tidak mendiamkan kezaliman,
Allah swt. Berfirman,
“Dan peliharalah dirimu (taqwa) dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya“ (Al-Anfal: 25).
8. Taqwa dan iman tidak akan bertemu dengan hati orang yang meninggalkan jihad dengan harta dan jiwa.
Allah swt. Berfirman,
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa.” (At Taubah : 44).
Ciri-ciri Muttaqin Ahli Surga
Allah swt. Berfirman,
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran 133-135)
Dari ayat-ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa cirr-ciri orang bertaqwa yang dijanjikan akan masuk syurga yang luasnya seluas langit dan bumi adalah sebagai berikut:
1. Senantiasa menginfakkan hartanya baik dalam keadaan lapang ataupun sempit. (Ali Imran: 134).
2. Senantiasa menahan amarahnya. (Ali Imran: 134)
3. Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain. (Ali Imran: 134)
4. Senantiasa berbuat ihsan dalam ibadah dan kehidupannya, karena Allah mencintai orang-orang yang melakukan ihsan. (Ali Imron :134)
5. Bila terjerumus dosa, ia akan mengingat Allah lalu meminta ampun dan tidak akan pernah mengulanginya lagi. (Ali Imron 135)
Kita telah usai berpuasa, berarti kita harus membuktikan hasil puasa kita tersebut, yaitu dengan ketakwaan yang harus kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita benar-benar taqwa, maka Allah akan melimpahkan kepada kita hal-hal berikut:
1. Rahmat (QS. 98: 8)
2. Furqan (QS. 8: 29)
3. Berkah (QS. 7: 96)
4. Jalan keluar (QS. 65: 2)
5. Rejeki (QS. 65: 3)
6. Kemudahan (QS. 65: 5)
7. Dihapuskan kesalahannya (QS. 65: 5)
8. Ampunan (QS. 65:5), dan
9. Pahala yang besar (QS. 65:5)
Dengan ketakwaan yang dihasilkan oleh puasa, diharapkan kita akan keluar dari berbagai macam krisis yang tengah membelenggu kehidupan kita. Pasca Ramadhan, adalah masa memupuk ketakwaan yang kita peroleh di bulan Ramadhan, agar tidak layu menuju Ramadhan selanjutnya.
Wallahu a’lamu bisshawab.
Sumber:
Buku “Menjadi Hamba Rabbani”
Penerbit: Pustaka Ikadi, 2004