Mengenal Profil, Budaya, Wisata, Kuliner Bawean Pulau Putri di Gresik

Mengenal Profil, Budaya, Wisata, Kuliner Bawean Pulau Putri di Gresik

Mengenal Profil, Budaya, Wisata, Kuliner Bawean Pulau Putri di Gresik.

Profil Bawean

Pulau Bawean atau terkenal dengan pulau putri ini berada di Laut Jawa, sekitar 120 kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif, pulau ini masuk wilayah Kabupaten Gresik (sebelumnya bernama Kabupaten Surabaya), Jawa Timur. Pasukan VOC menguasai pulau ini pada tahun 1743.

Pulau ini terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Penduduknya berjumlah sekitar 107.000 jiwa dengan mayoritas suku Bawean serta perpaduan beberapa suku dari Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera yang turut mempengaruhi budaya dan bahasanya. Pulau Bawean memiliki luas sekitar 196,3 km. Mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan petani serta pekerja rantauan di Malaysia dan Singapura. Orang Bawean ada pula yang menetap di Australia dan Vietnam. Dengan populasi perempuannya lebih banyak sehingga ada yang menyebut pulau putri.

Bahasa yang banyak dituturkan di pulau ini adalah bahasa Bawean yang mirip dengan bahasa Madura. Tokoh yang berasal dari pulau ini antara lain Harun Thohir, Yahya Zaini, Syekh Zainuddin Bawean al-Makki, Syekh Muhammad Hasan Asyari al-Baweani al-Basuruani, dan Asiz Sattar

keindahan pulau bawean

Sejarah Nama Bawean

Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit.

Dalam kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama Buwun sedangkan dalam catatan Serat Praniti Wakya Jangka Jaya Baya penduduk Bawean bermula pada tahun 8 Saka di mana sebelumnya pulau ini tidak berpenghuni, Pemerintah Koloni Belanda dan Eropa pada abad 18 menamakan pulau ini dengan sebutan Lubeck,Baviaan,Bovian,Lobok,

Awal abad ke-16 tepatnya pada tahun 1501 agama Islam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Sayyid Maulana Ahmad Sidik atau yang dikenal dengan nama Maulana Umar Mas’ud atau Pangeran Perigi sekaligus menjalankan tata pemerintahan di Pulau Bawean selanjutnya Pulau Bawean di pimpin oleh keturunan Umar Masud seperti Purbonegoro, Cokrokusumo dan seterusnya hingga yang terakhir Raden Ahmad Pashai.

Pada tahun 1870-1879 Pulau Bawean menjadi Asistent Resident Afdeeling dibawah Resident Soerabaya pada masa inilah Pulau Bawean di bagi menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak yang di pimpin oleh seorang Wedana dengan Wedana terakhir bernama Mas Adi Koesoema ( 1899-1903).

 

Budaya 

A. Pencak Silat

Pencak Silat Bawean merupakan warisan budaya yang dari jaman nenek moyang terdahulu yang biasa di pentaskan saat pernikahan dan acara – acara tertentu.

B. Seni Krencengan

kercengan budaya khas bawean

Kercengan biasanya dipersembahkan sewaktu acara Pernikahan. Penari berbaris sebaris atau dua baris. Pemain kompang dan penyanyi duduk di barisan belakang. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pemain kercengan terdiri dari laki-laki dan perempuan.

C. Mandiling

Mandiling merupakan jenis tari tarian yang di bawakan oleh beberapa penari peria ataupun wanita dan disertai balas pantun. Mandiling masih mempertahankan alat musik tradisional yaitu tatabuhan yang ukurannya lumayan besar. Selain Mandiling ada juga Tari Mandiling Garapan yang mengabdopsi dari tarian mandiling dan pencak silat yang tertata dengan apik dan lebih moderen.

 

Wisata Bawean

  • Pulau Noko
  • Pulau Gili
  • Rusa Bawean
  • Terasering Point
  • Bukit Murtalaya
  • Grojokan Murtalaya
  • Pantai Ria
  • Pantai Makam Panjang
  • Air Panas
  • Mombhul Area

 

Kuliner Bawean

Koncok-Koncok

kuliner khas bawean

Koncok-koncok adalah kuliner yang biasa dijadikan oleh-oleh. Oleh masayarakat Bawean yang ke luar pulau atau wisatawan yang datang ke Bawean. Kuliner ini masih diminati sampai sekarang.

Lumpang
Salah satu makanan khas Pulau Bawean ini berwana hijau dan berbentuk panjang yang dibungkus dengan balutan daun pisang serta ikatan tali di bagian ujung atas dan bawah, bentuknya seolah-olah seperti guling.

Petis Bawean
Karena memang Pulau Bawean kaya dengan ikan laut jadi sangat bermanfaat sekali bila memanfaatkannya menjadi berbagai makanan khas. Petis Bawean yang juga berbahan utama ikan laut.

Atung dan Sail Bawean 

Saat ini Bawean menjadi perhatian dunia berkat event Asian Games 2018 yang mengangkat atung sebuah nama untuk hewan khas Bawean yaitu Rusa Bawean. Selain potensi wisata yang besar Bawean juga memiliki event internasional yang rutin di gelar. Salah satunya adalah Sail Bawean yang digelar tahun ini pada tanggal 2-5 Oktober 2018.

budaya baweankuliner baweanrusa baweanwisata bawean
Comments (0)
Add Comment