Mengenal Sejarah Masjid Umar bin Khattab di Betlehem Palestina

Sejarah mencatat bahwa peristiwa perebutan kembali masjid suci Al-Aqsha di kota Yerusalem, Palestina oleh sang khalifah Umar bin Khattab ra terjadi dengan damai tanpa ada perlawanan sedikitpun dan kondisi saat itu dalam suasana aman terkendali.

Masjid Umar merupakan masjid tertua do kota Bethlehem, yang terletak di sekitar lapangan Manger, dan menjadi satu-satunya peninggalan kejayaan kekuasaan kekhalifahan Islam di kota Bethlehem.

Sejarah Masjid Umar Bethlehem

Namun, tahukah pembaca sekalian bawah ada peristiwa di baliknya sebelum sang khalifah mendatangi langsung kota tersebut? Sesungguhnya penaklukan kota tua (Yerusalem) ini bukanlah hal yang terjadi begitu saja. Tapi diawali dengan persiapan, perjuangan dan perjalanan yang panjang. Atas perintah sang khalifah, Yerusalem dikepung dari berbagai arah oleh pasukan kaum muslimin dan sempat terjadi sedikit pertempuran. Lalu atas kehendak Allah lah kaum muslimin meraih kemenangan dan melanjutkan perjalanan untuk merebut kembali masjid suci Al-Aqsha.

Strategi khalifah Umar Bin Khottob ra untuk menaklukkan Yerusalem dengan jalan pengepungan sangatlah cerdas. Pangeran Konstantin II, penguasa wilayah Caesarea yang ada barat Palestina, merasa gelisah dengan pergerakan pasukan Islam ke Yerusalem.

Dari kota bandar yang ada di pesisir Levantina ini, Pangeran Konstantin II meminta bantuan pasukan Byzantium dari Siprus dan Konstantinopel. Padahal kala itu pertahanan Caesaria cukup kuat sebagai daerah kekuasaan Byzantium.

Lalu, terbentuklah pasukan Byzantium di bawah komando Artavon yang harus menghadang pasukan Islam yang harus melewati daerah Caesarea untuk bisa sampai ke Yerusalem. Akhirnya bertemulah pasukan Amr dan Yazid dengan pasukan Artavon dari Caesarea.

Perang hebat pun terjadi di daerah Ajnadin. Atas izin Allah, pasukan Islam menang. Artavon lalu melarikan diri ke Yerusalem. Dari kemenangan inilah rencana penaklukan Yerusalem jadi semakin mudah. Khalifah Umar segera memerintahkan penambahan pasukan untuk mendukung Amr. Pasukan yang dipimpin Ubaidah, Khalid, dan Mu’awiyah diminta untuk membantu setelah sebelumnya menaklukkan Suriah dan pesisir Levantina. Pasukan Islam pun mengepung sepanjang kota selama musim dingin.

Rasa gentar dihadapi oleh Artavon dan Patriarch Sophronius. Patriarch adalah uskup agung gereja Yerusalem. Mereka beradu mulut. Artavon tidak ingin bila Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam. Di lain sisi, Patriarch menginginkan Yerusalem diserahkan pada pasukan Islan dengan damai. Dia yakin kedatangan pasukan Islam sebagai bentuk kehendak Tuhan.

Menara Masjid Umar Bathlehem

Perdebatan itu disaksikan oleh orang-orang di dalam gereja yang letaknya dalam benteng. Dan, orang-orang ini menyetujui ide Patriarch. Lalu dikirimlah utusan gereja menemui pasukan Islam.

Utusan ini menyampaikan bahwa Yerusalem akan diserahkan dengan beberapa syarat yaitu penyerahan kota tidak dilakukan dengan jalan peperangan, pasukan Byzantium dibiarkan untuk menuju Mesir, dan Khalifah Umar ra diminta datang ke Yerusalem untuk serah-terima “kunci kota”. Abu Ubaidah yang menerima utusan gereja itu menyanggupi permintaan yang ada. Setelah kabar gembira ini disampaikan ke Umar ra, beliau pun segera menuju Yerusalem. Masyarakat kota ini bahkan menyiapkan arakan untuk menyambut Umar yang bagi mereka cukup disanjung sikap adilnya.

Tapi, arakan ini mendadak hilang. Pasalnya, orang-orang di Yerusalem hanya melihat dua orang dan seekor unta. Salah satunya naik ke punggung unta. Sungguh, tidak tampak seperti kedatangan penguasa di zaman sekarang ini yang penuh dengan penyambutan mewah. Penduduk kota menyangka Umarlah yang naik di punggung unta. Justru sebaliknya, yang di punggung unta adalah pengawal Umar. Ternyata mereka bergantian naik unta selama dalam perjalanan. Umar tidak egois membiarkan pengawalnya kelelahan.

Kejadian ini menambah kagum penduduk Yerusalem terhadap pemimpin barunya.. Apalagi, Umar hanya memakai pakaian lusuh, bekal makanan seadanya, dan satu tikar untuk sholat. Sesampainya di kota, sang khalifah disambut Uskup Patriarch. Umar ra diajak ke beberapa tempat suci di kota. Uskup membukakan Gereja Makam Suci kala waktu dhuhur tiba. Maksudnya, ia mempersilakan Umar ra shalat di gereja itu. Namun, hal tersebut ditolak oleh sang khalifah. Lalu beliau berkata:

“Jika saya melaksanakan shalat di gereja ini, saya khawatir para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini dimasa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya Gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat diluar,” ucap Umar yang tetap menghormati pemeluk agama lain dalam wilayah perlindungan Islam.

Ketika Umar ra meminta diantar ke bekas Kuil Sulaiman, dia mendapati reruntuhan itu tidak terawat. Ada banyak kotoran dan timbunan sampah. Umar dan shahabat lainnya membersihkan tempat itu dan menjadikannya tempat shalat.

Di tempat inilah kemudian berdiri sebuah masjid atas perintah beliau dan masjid itu dinamai dengan Masjid Umar. Masjid ini kemudian dibangun kembali oleh al-Walid ibn Abd al-Malik menjadi masjid megah di atas Shakhrah dan oleh ‘Abd al-Malik ibn Marwan dibangun kubah (Qubbat al-Sakhrah). Masjid sekaligus sebagai monumen kemenangan Islam di tempat pusat agama Yahudi dan Kristen.

Masjid Umar terletak di Betlehem atau Bethlehem, sebuah kota Palestina di Tepi Barat dan merupakan sebuah pusat budaya Palestina dan industri pariwisata. Masjid ini merupakan masjid tertua di kota tua Betlehem, yang terletak di Manger Square. Lebih tepatnya terletak di seberang halaman selatan Gereja Makam Suci di Muristan.

Masjid ini dibangun pada tahun 1860, tetapi tidak mengalami renovasi sampai tahun 1955. Konstruksi bangunan Masjid Umar seperti yang terlihat saat ini dibangun oleh Ayyubiyah Sultan Al-Afdhal bin Salah ad-Din pada 1193 untuk mengenang sejarah tersebut. Tinggi menara masjid 15 meter, menara ini dibangun sebelum 1465 dan direnovasi oleh Sultan Ottoman, Abdulmecid I (1839-1860).

Demikianlah sejarah singkat berdirinya masjid Umar. Semoga kelak kita bisa menapak tilas secara langsung dan shalat berjamaah di sana. Aamiin yaa Rabbal’alamiin.

Sumber : SekolahUmroh

Masjid Umar
Comments (0)
Add Comment