Sekilas Tentang Penemu dan Sejarah Ilmu Falak di Dunia

Beberapa aktifitas sehari-hari kita tanpa sadar sudah tergantung dari produk ilmu falak. Penanggalan dan waktu ibadah umat Islam khususnya sudah sangat memperhatikan bab ini. Biasanya masyarakat akan memperhatikan dengan seksama saat penentuan awal ramadhan dan Idul Fitri melalui sidang Isbat baru menyadari pentingnya ilmu falak ini.

Ilmu Falak menjadi salahsatu ilmu pengetahuan yang sangat langka dan sedikit sekali berkecimpung didalamnya, sehingga sulit sekali menemukan literature-literature yang berkaitan dengan ilmu falak. Namun akhir-akhir ini, ilmu falak mulai mendapatkan peminatnya sehingga terbitlah karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan Ilmu Falak

Di dalam makalah ini, yang kami ambil dari publikasi di website flaumm.wordpress.com menguraikan pertanyaan di atas “Siapakah sebenarnya penemu Ilmu Falak?” namun karena kemampuan dan waktu penulis yang terbatas serta sulitnya menemukan literature yang berkaitan dengan penemu Ilmu Falak, maka tulisan ini nampak sangat sederhana namun harapannya tetap membawa manfaat.

  1. Rumusan Masalah
  2. Siapakah Penemu Ilmu Falak ?
  3. Ilmu apakah yang berhubungan dengan Ilmu falak ?

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Penemu Ilmu Falak

Ilmu falak yang merupakan ilmu eksak yang paling tua ini, berkembang dari waktu ke waktu baik dalam teori maupun praktek. Penemuan-penemuan yang ada sekarang tidak lepas kaitannya dengan hasil percobaan dan observasi orang-orang Persia, Yunani, dan Romawi. Al-Battani mengatakan “apa yang diperoleh dalam Ilmu Falak, merupakan anugrah penalaran dan pemikiran. Ilmu Falak (astronomi) dapat menjadi media untuk menetapkan tauhid kepada Allah SWT, mengetahui keagungannya, kebesarannya, dan keluasan hikmahnya[1]

Sadar atau tidak, manfaat ilmu falak telah dirasakan oleh semua orang baik di timur maupun di barat, muslim atau non muslim. Contohnya kalender, kalender digunakan oleh banyak orang dalam melakukan transaksi dan perjanjian. Kita bisa membayangkan bagaimana seseorang hendak berpergian dengan pesawat atau kapal laut jika tidak ditentukan waktu yang tepat. Tetapi, apakah kita pernah melacak, siapakah penemu Ilmu Falak yang memberi banyak manfaat dalam kehidupan ini?

Untuk melacak siapa penggagas pertama Ilmu Falak tidaklah mudah Banyak para astronom mengemukakan tentang hal ini,  di antaranya A R Roy dan D Ciarke dalam bukunya Astronomy ; Principle and Practics mereka mengatakan

“Kami tidak tahu siapa astronom pertama, apa yang dikatakan adalah bahwa ilmu astronomi maju di bagian Eropa pada pertengahan milenium ketiga (3000 tahun) SM dan orang-orang Cina mempunyai sekolah astronomi sejak tahun 2000 SM. Di segala masa, sejak pertama kali berkembangnya kecerdasan manusia, telah ada orang yang terpesona pada langit  dan terdapat aspek perubahan pada mereka. Sejauh lingkungan budaya telah memungkinkan mereka mencoba merumuskan kosmologi. Sekarang kita tidak berbeda dengan mereka.”

Namun pada beberapa literatur yang menyatakan bahwa peletak batu pertama lmu Falak adalah Nabi Idris As, atau disebut juga dengan Hermes. Pernyataan ini dapat kita temukan dalam kita al-Khulashoh al-wafiah karya Zubaer Umar al-Jaelani, Muhtashor Muhadzab karya Syekh Muhammad Yasin al-Fadani dan lain sebagainya.

Jika kita berhenti menelusuri sejarah fundamental dalam Ilmu Falak atau Astronomi dan berpegang kepada kitab-kitab tersebut dalam memetakan penemu Ilmu Falak, maka sudah dipastikan kesimpulannya bahwa Nabi Idris As adalah penemu Ilmu Falak(Astronomy)

Sampai saat ini, Nabi Idris As masih diakui oleh banyak orang sebagai penemu Ilmu Falak (Astronomi), hal ini terbukti dengan banyaknya informasi yang terdapat di internet berupa diskusi via facebook dan juga tulisan-tulisan di blog, baik blog yang berbahasa Arab, Inggris, maupun berbahasa Indonesia dan Malaysia. Sejauh penelususran yang dilakukan oleh penulis buku Penem Ilmu Falak hanya ada beberapa orang yang mengatakan Nabi Idris As sebagai penemu Ilmu Falak, yaitu ; Syekh Muhammad Yasin bin Isan al-Fadani, H A R Gibb, J. H. Kramers, Dr. Ahsin Sakho Muhammad dan Dr. H. Anshari Nasution, MA.

Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Idris As seorang yang ahli dalam bidang astronomi namun bukan penemu astronomi adalah banyak. Seperti Hames Hastings yang mengatakan dalam ensiklopedinya dan Albert H Morehead. Pernyataan yang muncul di atas adalah perkataan Syekh Yasin al-Padani yang mengatakan bahwa وواضعه ادريس عليه السلام وقيل ادم عليه السلام (dan peletak pertama Ilmu Falak adalah Nabi Idris As dan ada juga yang mengatakan Adam As).

Pernyataan seperti timbul karena Nabi Adam As adalah seorang kholifah Allah yang pertama kali diturunkan di Bumi. Karena seorang kholifah (pemimpin) harus mempunyai ilmu yang banyak, dan jika tidak demkian, maka tentu orang itu tidak dapat memimpin dirinya sendiri, Allah pun mengajarkannya segala nama benda.

Setelah Nabi Adam As mengetahui nama-nama segala benda yang ada di sekitarnya, maka Allah mengumpulkan para malaikat dan bertanya kepada mereka tentang nama-nama benda itu. Malaikat berkata ; “Maha suci Allah, tidaklah kami mengetahui segala sesuatu selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.”

Selanjutnya dalam makalah ini disebutkan Ilmu Falak mengemukakan pendapatnya bahwa Nabi Idris As tidak saja pandai dalam menguasai ilmu astronomi melainkan juga sebagai Astrolog. Kaitannya dengan astrolog, penulis setuju jika Nabi Idris As adalah orang pertama yang mengetahui astrologi (penemu astrologi) bukan penemu astronomi.

Berikut tokoh-tokoh yang mengatakan tantang hal itu, di antaranya ; Nashiruddin al-Baidhowi dalam Tafsir al-Baidhowi, Mirce Elieda dalam Encyclopedia or Religion , B Levis V.L Menage, CH Pellat & J. Sehacht dalam The Encyclopedia of Islam, Ibnu Katsir dalam Qhishash al-Anbiya’, Yahya Syami dalam Ilmu Falak min Shofahat at-Turots al—Ilmy, Rondon House College dalam Rondon House Webster’s Dictionary, Zubaer Umar al-Jaelani dalam Khulashoh al-Wafiah, Dr Muchtar Efendy, SE dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-Munir, Zamaksyari dalam Tafsir al-Kasysyaf, As-Syawkani dalam Fathul Qodir, AL-Qurtubi dalam Tasir al-Qurtubi, dan Vergilius Ferm dalam An Encyclopedia of Religion.

Mengenai perkataan KH Zubaer Umar al-Jaelani di atas, banyak para blogger dari negara tetangga (Malaysia) yang mem-posting nama karya masterpiece beliau al-Khulasoh al-Wafiah sebagai kitab yang mengatakan bahwa Nabi Idris As adalah penemu Ilmu Falak, hal ini juga disampaikan oleh murid shohibul kitab Slamet Hambali (Ketua Lajnah Falakiyah PWNU Jawa Tengah), namun penulis mengkatagorikan kitab ini pada kitab yang mendukung Nabi Idris As sebagai penemu Astrologi.

Hal ini didasari oleh pemahaman penulis terhadap tulisan beliau yang sebelumnya mengatakan Ilmu Falak secara umum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu washfi, ‘amali dan tabi’ie. Astrologi dikatagorikan beliau sebagai thabi’ie. Dengan demikian, Nabi Idris As yang beliau cantumkan namanya tersebut bukan saja mengindikasikan Nabi Idris As ahli dalam masalah hitung-menghitung tetapi juga masalah asror al-Faak.

“Ternyata ada orang pintar Ilmu Falak sebelum Nabi Idris As”. Pernyataan ini mengandung dua kemungknan, apakah betul ada orang sebelum Nabi Idris As yang mengetahui Ilmu Falak atau tidak ada sama sekali? Penulis hanya menemukan satu literature yang mengatakan bahwa Nabi Idris As, bukan penemu Ilmu Falak.

Pernyataan di atas bisa kita temukan dalam kitab Sabaik adz-Dzahab fie Ma’rifah al-Qabail al-Arab bab keenan karya as-Sawaidi. Ia menuliskan diskripsi tentang Unusy sebagai berikut

“Unusy adalah pewaris ayahnya yang bernama Syit, anak dari Nabi Syit. Ketika ayahnya wafat, ia menggantikan posisi ayahnya memimpin politik kerajaan dan mengaturnya di bawah pantauannya. Ia adalah orang pertama yang mengenal tulian dan orang pertama yang mengenal Ilmu Hisab, baik hisab bulan maupun tahun, dan ia adalah orang yang pertama kali menanam pohon kelapa dan berbicara dengan hikmah, padanya dialihkan kenabian. Kelahirannya setelah umur ayahnya melebihi dari 650 tahun, sebagaimana yang dikatakan oleh ahli Taurat, dan ia (Unusy) hidup selama 965 tahun. Wallahu a’lam”

Di dalam perjanjian lama, Unusy disebut dengan sebutan Enos. Kitab kejadian Pasal 5 ayat 6-11 menyebutkan sebagai berikut ; “6) Setelah Set hidup 150 tahun ia memperanak Enos, 7) dan Enos masih hidup 800 tahun, setelah ia memperanak Enos, dan ia memperanak lelaki dan perempuan. 8) Jadi Set mencapai umur 912 tahun, lalu ia mati. 9)Setelah Enos hidup 900 tahun, ia memperanak Kanan. 10) Dan Enos masih hidup 815 tahun  setelah ia memperanak anak-anak lelaki dan perempuan. 11) Jadi Enos mencapai umur 905 tahun, lalu ia mati.”

Nama Nabi Unusy ini sangat jarang kita temui dalam literature-literature berbahasa Arab, bahkan dalam referensi berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia tidak pernah penulis dapati, karena kita hanya sering mendengar dan mengenal 25 Nabi dan Rasul.[2]

  1. Ilmu yang berhuubungan dengan Ilmu Falak
  2. Ilmu Astrologi

Astrologi adalah ilmu yang mempelajari efek dari bintang-bintang dan planet-planet di bumi dan penghuninya. Orang-orang yang mempraktekkan astrologi percaya bahwa karakter seseorang dipengaruhi oleh posisi benda-benda langit pada saat ia lahir. Mereka juga percaya bahwa peristiwa di bumi dapat diprediksi lewat gerakan benda-benda tersebut melalui dua belas tanda-tanda zodiak, mulai dari Aries hingga Pisces.

Astrologi mengkaji keberadaan dan kenyataan manusia, termasuk takdir yang dihubungkan dengan benda-benda langit. Fokus kajian ada pada korelasi yang tidak terbukti antara gerakan fisik benda langit dengan urusan manusiawi. Jadi bisa dibilang sebatas keyakinan yang melegenda. Misalnya saja peristiwa terkait kejadian yang menimpa diri seseorang, ciri kepribadian yang dibawa sejak lahir, peristiwa di dunia, dan sebagainya.

Ahli astrologi disebut astrolog yang tidak jarang pula disebut ahli nujum. Dalam pengkajian seorang astrolog tidak memerlukan metode ilmiah karena meyakini hubungan tidak membutuhkan sebab musabab. Hal ini karena kajian lebih bersifat ramalan nasib manusia terlepas ramalan tersebut benar atau salah.

Astrologi menggunakan rasi bintang untuk meramal takdir atau nasib manusia. Sebagai contoh seseorang yang lahir awal Juni dikatakan memiliki rasi bintang atau zodiak Gemini. Dimana seorang Gemini memiliki nasib peruntungan berbeda dengan seseorang yang memiliki zodiak lain. Baik itu nasib peruntungan dalam hal karir, kesehatan, hingga percintaan.

Bagi astrolog bintang sebagai rasi bintang atau konstelasi memiliki kedudukan tinggi. Orang-orang jaman Yunani kuno pun mempercayai bintang-bintang memiliki pengaruh pada kehidupan di bumi. Dari sinilah berkembang legenda atau mitologi yang berasal dari peradaban kuno terkait rasi bintang. Ringkasnya pengolahan data dalam bidang astrologi didasarkan pada mitologi

Astrologi berlandaskan pada keyakinan yang telah mengakar kuat pada adat dan budaya. Karena inilah astrologi kerap disebut ilmu semu. Dimana pembuktiannya pun sulit dilakukan.

  1. Ilmu Astronomi

Astronomi adalah ilmu yang melibatkan pengamatan benda-benda langit dan kejadian alam yang terjadi di luar atmosfer bumi. Astronomi sering pula disebut sebagai ilmu bintang atau ilmu perbintangan

Perbedaan astronomi dan astrologi berikutnya bisa dilihat dari bidang kajian. Astronomi mengkaji asal-usul, sifat kimia, sifat fisika, meteorologi, gerak, dan evolusi benda-benda langit. Benda langit yang dimaksud tidak hanya sebatas matahari, bumi, bulan, dan bintang tetapi juga mencakup galaksi yang begitu luas. Sebagai satu contohnya mengkaji pergerakan benda langit yang dapat dijadikan patokan perhitungan awal bulan.

Seorang ahli astronomi disebut astronom. Seorang astronom bekerja menggunakan metode ilmiah atau sains dalam pengkajian dan menggunakan data sistematis yang teruji kebenarannya.

Perbedaan astronomi dan astrologi bisa dikaji lebih lanjut dari penggunaan rasi bintang. Astronomi menggunakan rasi bintang hanya sebagai arah. Misalnya pengkajian rasi bintang untuk mengetahui evolusi bintang mulai dari lahir sampai matinya bintang. Adapun matahari sebenarnya merupakan bintang raksasa yang juga bisa mati bila bahan bakarnya sudah habis.

Perbedaan astronomi dan astrologi berikutnya yakni pada pengolahan data. Astronomi sebagai ilmu mendasarkan pengolahan data pada pendekatan ilmu sains. Para astronom tidak dapat menyentuh obyek yang dikaji secara langsung. Obyek sebagai sumber informasi data yang didapat pun hanya berupa berkas cahaya yang disebut gelombang elektromagnetik. Namun, dengan memanfaatkan pendekatan matematika dan fisika para astronom mampu menafsirkan apa yang terjadi pada benda langit meski bermodal data seberkas cahaya saja. Adapun satu hal yang dipegang teguh para astronom yaitu hukum dan prinsip fisika berlaku sama di seluruh alam semesta. Data menurut ilmu astronomi pun amat berharga lantaran pengamatan tidak dapat diulang dengan kondisi yang sama persis. Hal ini mempertimbangkan faktor cuaca yang cukup menentukan.[4]

Para ahli astronomi, astronom bekerja dengan landasan observasi atau pengamatan. Pemodelan ilmiah seperti matematika, fisika, dan kimia dimanfaatkan seperlu memahami benda-benda langit di luar bumi. Berbeda dengan para ilmuwan yang bekerja di laboratorium, para astronom tidak bisa melakukan manipulasi obyek yang dikajinya. Laboratorium para astronom itu sendiri adalah alam semesta.

  1. Ilmu Falak

Ilmu Falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.[5]

Ilmu Falak disebut juga ilmu hisab, karena ilmu ini menggunakan perhitungan ( الحساب =perhitungan). Ilmu Falak disebut juga ilmu rashd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan ( الرصد =pengamatan). Ilmu Falak disebut juga ilmu miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu ( الميقات =batas-batas waktu). Ilmu Falak disebut juga ilmu haiah, karena ilmu ini mempelajari keadaan benda-benda langit ( الهيئة = keadaan).

Ilmu Falak pada garis besarnya dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu Falak Ilmiy, dan ilmu Falak Amaliy. Ilmu Falak Ilmiy disebut juga Theoritical Astronomy. Ilmu Falak Amaliy disebut juga Practical Astronomy. Ilmu Falak Amaliy inilah yang oleh masyarakat disebut sebagai ilmu Falak atau Ilmu Hisab.

Slamet Hambali berpendapat bahwa ilmu falak itu terbagi menjadi 3. Ilmu Falak washfi (Ilmy), ‘amali dan tabi’ie

Ilmu Falak Ilmy yaitu ilmu yang membahas tentang teori dan konsep-konsep benda langt yang meliputi:

Ø  Cosmogony,yaitu teori tentang asaal usul benda-benda langit dan alam semesta.

Ø  Cosmologi,yaitu cabang astrologi yang menyelidiki asal usul struktur dan hubunga ruang waktu dari alam semesta.

Ø Cosmografi, yaitu pengetahuan tentang seluruh susunan alam, penggaaran umum tentang jagad raya termasuk bumi.

Ø  Astrometrik, yaitu cabang astronomi yang kegiatannya melakukan pengukuran terhadap benda-benda langit dengan tujuan menetahui ukuran dan jarak antara satu benda langit dengan enda langit lainnya.

Ø  Astromekanik, yaitu cabang astronomi yang mempelajari gerak dan gaya tarik benda-benda langit dengan cara dan hukum mekanik.

Ø  Astrofisika, yaitu bagian astronomi tentang benda-benda angkasa dari sudut ilmu alam dan ilmu kimia.

Sedangkan Ilmu Falak Amaly yaitu ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit antara yang satu dengan yang lain. Bahasan Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang, yakni:

  • Arah Kiblat dan bayangan arah kiblat.
  • Waktu-waktu Salat.
  • Awal bulan.
  • Gerhana.

Dalam pemaparan diatas, jika kita menghubungkan dengan pertanyaan, siapa penemu ilmu falak? Maka kita harus merincinya  terlebih dahulu. Ilmu falak yang seperti apa?, ilmu falak yang bagaimana?. karena di era sekarang, ilmu falak tersebut sudah mengalami penyempitan makna.

Jika kita melihat 3 ilmu diatas maka ada 1 titik persamaan, yakni ketiga ilmu tersebut sama-sama mempunyai pembahasan mengenai benda-benda langit, namun ketiganya mempunyai tujuan dan ruanglingkup yang berbeda.

Baca juga : “Biografi Pengusaha Sukses Indonesia Chairul Tanjung”

Di bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa ada Nabi Unusy dikatakan sebagai penemu Astronomi, dan Nabi Idris sebagai penemu ilmu  Astrologi. Penulis setuju dengan pendapat tersebut, karena bisa dikatakan jika Nabi Idris menguasai ilmu astrologi, pastinya dia juga menguasai ilmu astronomi, berarti ilmu astronomi sudah ada sebelum Nabi Idris.

Kemudian jika pembahasan penemu ilmu falak dikaitkan dengan  pembahasan penemu astrologi ataupun astronomi, maka harus diperjelas lagi, ilmu falak yang bagaimana? jika ilmu falak ilmy dan atau tabi’iy, maka penulis setuju, namun jika ilmu falak yang dimaksud adalah ilmu falak amaly, maka hal tersebut harus dikaji ulang, karena ilmu falak amaly lebih tertuju pada 4 pembahasan, yang semuanya itu tertuju pada urusan syariat Islam. Untuk penemu ilmu falak amaly sendiri penulis belum bisa mengetahui siapa penemu dan mulai kapan terjadi penyempitan makna tersebut, namun jika penulis telisik lebih lanjut, kemungkinan pemanfaatan ilmu falak amaly ada sejak abad pertengahan, terbukti dengan adanya alat-alat falak yang dibuat untuk kepentingan ibadah seperti astrolabe, dan juga berkembangnya ilmu falak pada masa kemajuan islam abad pertengahan.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Jadi bisa di simpulkan bahwa jikalau kita mencari penemu ilmu falak, maka kita harus mencari ilmu falak yang arahnya kemana ? ilmu falak ilmy, amaly atau tabi’iy. Jika ilmu falak yang dimaksudkan adalah ilmu falak ilmy dan atau tabi’iy maka penulis setuju bahwa Nabi Unusy dikatakan sebagai penemu Astronomi, dan Nabi Idris sebagai penemu ilmu  Astrologi

Sedangkan Ilmu falak Amaly kami sebagai penulis belum menemukan referensi siapakah penemu ilmu ini. Dan sejak kapan ilmu falak amaly ini ada. Namun pemnfaatan dari ilmu falak amaly sudah ada di sejak abad pertengahan di abad kemajuan Islam.

  1. Penutup

Demikianlah makalah sederhana ini kami sampaikan dalam kesempatan mata kuliah sejarah Ilmu Falak ini. Harapan penulis adalah semoga makalah ini dapat menjadi umpan oleh pembaca sekalian, sehingga menggugah nalar kritis pembaca untuk menggali lebih dalam lagi khazanah Ilmu Falak khususnya menggali siapalah penemu Ilmu Falak ini dengan melibatkan literatur yang lebih beragam.

[1] Muhammad Ali Utsman, Para Ilmuan Yang Paling Berpengaruh Terhadap Peradaban Dunia, IRCiSoD, Yogyakarta, 2007, Cet 1, hlm ; 169

[2] Nur Hidayatullah al-Banjari. Penemu Ilmu Falak Pandangan Kitab Suci dan Peradaban Dunia, Pustaka Ilmu, Yogyakarta, 2013, hlm ; 109-122

[3] https://lampukecil.com/2015/12/11/apa-itu-ilmu-astrologi/ di akses pada tanggal 11 Okt. 17 jam 22.48

[4] http://apaperbedaan.com/astronomi-dan-astrologi/ di akses pada tanggal 11 Oktober jam 21.34

[5] Nur Hidayatullah Al-Banjary, penemu…hlm.1

Makalah diambil dari ” https://flaumm.wordpress.com/2017/11/08/penemu-ilmu-falak/ “

Terima kasih atas kunjungannya “Sekilas Tentang Penemu dan Sejarah Ilmu Falak,” semoga bermanfaat.

ilmu falak
Comments (0)
Add Comment