Biografi Singkat KH Ahmad Bahauddin Nursalim Gus Baha

“KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih akrab dipanggil Gus Baha’ adalah putra seorang ulama’ ahli Qur’an KH. Nursalim Al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, sebuah desa di pesisir utara pulau jawa.

KH. Nursalim adalah murid dari KH. Arwani Al-Hafizh Kudus dan KH. Abdullah Salam Al-Hafizh Pati. Dari silsilah keluarga ayah beliau inilah terhitung dari buyut beliau hingga generasi ke-empat kini merupakan ulama’-ulama’ ahli Qur’an yang handal.

Silsilah keluarga dari garis ibu beliau merupakan silsilah keluarga besar ulama’ Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesareannya ada di area Masjid Jami’ Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.

PENDIDIKAN

Gus Baha’ kecil mulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Qur’an dibawah asuhan ayahnya sendiri. Pada usia yang masih sangat belia, beliau telah mengkhatamkan Al-Qur’an beserta Qiro’ahnya dengan lisensi yang ketat dari ayah beliau. Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Mbah Arwani menerapkan keketatan dalam tajwid dan makhorijul huruf.

Baca juga: Inilah Oleh-Oleh Ngangenin Makanan Dan Kerajinan Khas Indonesia

Hingga pada usia yang masih sangat belia, beliau telah mengkhatamkan Al-Qur’an beserta Qiro’ahnya dengan lisensi yang ketat dari ayah beliau. Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Mbah Arwani menerapkan keketatan dalam tajwid dan makhorijul huruf (GB, Feb ’13).

Menginjak usia remaja, Kiai Nursalim menitipkan Gus Baha’ untuk mondok dan berkhidmat kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, sekitar 10 km arah timur Narukan.

Di Al Anwar inilah beliau terlihat sangat menonjol dalam fan-fan ilmu Syari’at seperti Fiqih, Hadits dan Tafsir.

Hal ini terbukti dari beberapa amanat prestisius keilmiahan yang diemban oleh beliau selama mondok di Al Anwar, seperti Rois Fathul Mu’in dan Ketua Ma’arif di jajaran kepengurusan PP. Al Anwar.

Saat mondok di Al Anwar ini pula beliau mengkhatamkan hafalan Shohih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya.
Selain Shohih Muslim beliau juga mengkhatamkan hafalan kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab gramatika arab seperti ‘Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.

Menurut sebuah riwayat, dari sekian banyak hafalan beliau tersebut menjadikan beliau sebagai santri pertama Al Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak di era beliau.

Pernikahan Gus Baha’

Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang,beliau menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan beliau.

Diriwayatkan, setelah acara lamaran selesai, beliau menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangan beliau hingga kini. Beliau mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, bahkan sangat sederhana.

Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berfikir ulang atas rencana pernikahan tersebut. Tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewadi kemudian hari. Mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan “klop” alias sami mawon kalih kulo.

Baca juga: Memahami Arti, Sejarah, Raung Lingkup Ekonomi Kreatif Dan Manfaatnya

Kesederhanaan beliau ini dibuktikan saat beliau berangkat keSidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Beliau berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular alias bus biasa kelas ekonomi. Berangkat dari Pandangan menuju Surabaya, selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan. Kesederhanaan beliau bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil.

Beliau hidup sederhana bukan karena keluarga beliau miskin. Dari silslah keluarga beliau dari pihak ibu, atau lebih tepatnya lingkungan keluarga di mana beliau diasuh semenjak kecil,tiada satu keluargapun yang miskin.

Bahkan kakek beliau dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya. Saat dikonfirmasi oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga Qur’an yang dipegang erat sejak zaman leluhurnya.

Bahkan salah satu wasiat dari ayahnya adalah agar beliau menghindari keinginan untuk menjadi ‘manusia mulia’ dari pandangan keumuman makhluk atau lingkungannya.

Mengabdi di UII

Selain di pondok pesantren, Gus Baha’ juga mengabdi di Lembaga Tafsir Al-Qur’an Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta dan diminta mengasuh Pengajian Tafsir Al-Qur’an di Bojonegoro, Jawa Timur. Di Yogya, Gus Baha’ mengajar tiap Minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro ia mengjara di Minggu kedua setiap bulannya.

Di UII beliau adalah Ketua Tim Lajnah Mushaf UII. Timnya terdiri dari para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur’an dari se-antero Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.

Setiap kali lajnah ‘menggarap’ tafsir dan Mushaf Al-Qur’an, posisi Gus Baha’ selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain dan sekaligus sebagai Faqihul Qur’an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fiqh dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur’an. 

Seiring dengan perkembangan teknologi dan media informasi, saat ini banyak ditemui video viral di youtube Gus Baha yang bisa dinikmati oleh umat Muslim. Walaupun banyak juga hanya suara beliau saj, tidak mengurangi antusias orang untuk mengaji dengan gaya khasnya.

Salahsatu khas beliau saat berceramah adalah tidak meninggalkan kebiasaan membaca kitab, dengan gaya menggunakan peci hitam agak serong. Sehingga mudah dikenali.

Pondok Tengah.

Untuk kawasan Trenggalek, pesantren ini adalah yang tertua, yakni berdiri sejak tahun 1790 masehi. Terletak di Desa Kamulan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek.

Meski nama resminya Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, namun orang jarang mengenal nama itu. Masyarakat lebih akrab dengan sebutan Pondok Tengah, Pondok Kamulan atau Pondok Durenan. Disebut Pondok Tengah karena di Desa Kamulan ada lima pondok pesantren, sedangkan pesantren ini berada di tengah. Disebut Pondok Kamulan dan Durenan karena mengikuti nama desa dan kecamatan tempat pesantren berada.

Pada tahun 1996, Kiai Mahmud wafat dan regenerasi kepemimpinan pesatren pun kini memasuki generasi kelima. Sampai saat ini Pondok Tengah atau Pondok Kamulan diasuh KH Thoha Munawar, KH Mahmud Ihsan dan KH Baha’udin.

Ustadz Adi Hidayat dan Prof Quraisy Shihab.  Bicara Gus Baha

“Di Rembang itu ada manusia Quran yang tidak banyak dikenal orang. Itu kalau bapak-ibu Tanya tentang fikih-fikih dalam Al-Quran, itu beliau luar biasa. Namanya Gus Baha, Gus Baha. Kapan-kalau kalau ada pengajiannya, hadiri pengajiannya. Itu di antara orang yang mengerti Al-Quran,” kata Ustadz Adi Hidayat dalam sebuah tayangan, belum lama ini.

“Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al-Quran hingga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Quran seperti Pak Baha,” ujar Quraisy Shihab. 

Ibunda Gus Baha Meninggal Dunia

Ibunda Gus Baha Nyai Hj. Yuhanidz Noer Salim meninggal dunia pada hari Rabu pagi 15 April 2020 pukul 08.05 WIB. Almarhumah akan langsung dimakamkan di halaman Pondok Pesantren Alquran Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Rembang, Jawa Tengah.

Sosok Ibu Gus Baha seringkali disampaiakn dalam ceramah saat beliau diundang, karena memang Gus Baha sangat menghormati ibu dan keluarga beliau.

Demikian sedikit ulasan “Biografi Singkat KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha’),” semoga bermanfaat.

Sumber : berbagi81.blogspot

BiografiGus Baha
Comments (0)
Add Comment