H. Fakhrudin merupakan Pahlawan nasional Indonesia ditetapkan melalui SK Presiden nomor 162 tertanggal 26 Juni 1964. Fakhrudin memiliki nama kecil Muhammad Jazuli, lahir di Yogyakarta sekitar tahun 1890.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Ia tidak pernah mendapat pendidikan di sekolah-sekolah umum. Pelajaran agama mula-mula diterima ayahnya, H. Hasyim, kemudian dari beberapa ulama terkenal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sesudah itu, ia belajar agama di Mekah selama delapan tahun.
Selain sebagai ulama, ia giat pula dalam pergerakan Nasional. Awalnya beliau bergabung menjadi anggota Budi Utomo, lalu pindah ke Sarekat Islam (SI) dan akhirnya ke Muhammadiyah.
Ia tertarik kepada SI karena gerakan politik, sedang Muhammadiyah disenangi karena gerakan keagamaan dan bertujuan sosial. Ia berpendapat untuk mencapai kemajuan, umat Islam harus berani menentang pikiran kolot.
Sekolah-sekolah agama harus diperbanyak untuk mendidik pemuda-pemuda yang kelak meneruskan siar Islam. Cara-cara berdakwah harus diperbaharui. Sesuai dengan pendapat itu, Muhammadiyah selalu giat membina calon-calon pemimpin dan dikenal sebagai pembina generasi muda Muhammadiyah.
Riwayat Singkat :
- Pejuang Pergerakan Kemerdekaan Indonesia. Seorang Tokoh Muhammadiyah yang serba bisa. Perunding dalam Negosiasi untuk Perlindungan Jamaah Haji dari Nusantara (Indonesia, 1921- 1929).
- Membina kepanduan ”Hizbul Wathan” dan pernah pula memimpin PKU (Penolong Kesengsaraan Umat).
- Fahruddin dikenal pula sebagai pendiri percetakan Muhammadiyah. Untuk keperluan itu, mengumpulkan dana berupa saham seharga 25 gulden selembar. Dengan modal itu berhasil membeli alat-alat percetakan. Sampai sekarang percetakan itu masih ada dengan nama ”Percetakan Muhammadiyah”.
- Pada 1918 sampai dengan 1920 memimpin majalah ”Sri Diponegoro”. Surat kabar ini diberinya dasar yang dicantumkannya dibawah nama surat kabar itu, yaitu ”Pembela Bangsa” dengan lambangnya berupa gambar seorang Indonesia berkelahi dengan harimau.
- Fahruddin banyak pula menulis buku, antara lain ”Pan Islamisme, Kepentingan Pengajaran Agama Islam”, dan sebagainya. Bukunya yang mendapat perhatian besar ialah ”Kawan dan Lawan”.
- Atas usul Fahruddin, Muhammadiyah mendirikan ”Badan Penolong Haji” yang dalam perkembangan pada waktu kemudian berubah menjadi ”Panitia Perbaikan Perjalanan Haji”.
Menghidupi Keluarga
Untuk menghidupi keluarga, ia berdagang dan penghasilan yang diperolehnya cukup besar. Namun sebagian penghasilannya disumbangkan untuk kepentingan organisasi. Sering rumahnya dipakai untuk tempat kursus anggota-anggota Muhammadiyah.
Banyak mengarang dalam surat kabar, juga rutin menjdi penulis beberapa buah buku, antara lain Pan Islamisme dan Kepentingan Pengajaran Agama. Ia meninggal dunia pada tanggal 28 Februari 1929 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Di Jakarta, namanya diabadikan sebagai nama jalan di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat.