Istilah Unicorn mulai populer beberapa bulan ini. Apa sebenarnya unicorn itu? Istilah unicorn merupakan istilah yang sangat familiar di dunia perusahaan rintisan atau startup. Istilah unicorn digunakan untuk mendeskripsikan perusahaan privat yang telah mengantongi valuasi lebih dari US$1 miliar.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Istilah unicorn di dunia startup pertama kali diperkenalkan oleh pemodal kapital Aileen Lee pada tahun 2013. Lee menggunakan istilah unicorn untuk mendefinisikan perusahaan teknologi yang dinilai memiliki ide dan solusi tak biasa dengan valuasi lebih dari US$1 miliar.
Valuasi startup merupakan nilai ekonomi dari bisnis yang digeluti suatu perusahaan rintisan. Valuasi biasanya dijadikan acuan untuk mengukur seberapa besar potensi bisnis sebuah perusahaan.
Mengutip Tech In Asia, penghitungan valuasi startup dan perusahaan konvensional sebenarnya tidak jauh berbeda.
Valuasi perusahaan konvensional mempertimbangkan beberapa aspek termasuk nilai perusahaan di bursa saham, nilai dari jenis saham lain yang dimiliki perusahaan, utang perusahaan, dan uang tunai yang dimiliki perusahaan.
Sementara bagi startup yang sejak tahap awal berdiri bisnis belum mendapat pemasukan atau keuntungan. Pendiri perusahaan atau calon investor akan mempertimbangkan aspek-aspek seperti jumlah dan nominal transaksi, jumlah pengguna, teknologi produk, kualitas tim, dan kompetitor.
Perusahaan yang mengantongi status unicorn berdasarkan penilaian yang dikembangkan oleh pemodal ventura dan investor yang berpartisipasi dalam putaran pendanaan. Semua unicorn sejatinya adalah startup, hanya nilainya dinilai berdasarkan potensi pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
Mengutip laporan Corporate Finance Institute(CFI), penilaian untuk dicap sebagai unicorn tidak ada kaitannya dengan kinerja keuangan masing-masing perusahaan atau data fundamental lainnya.
Perlu dicatat tidak sedikit perusahaan teknologi dunia yang sudah mengantongi status unicorn namun belum menghasilkan keuntungan.
Untuk mengantongi status unicorn merupakan proses yang melibatkan berbagai pertimbangan dari banyak faktor. Termasuk perkiraan pertumbuhan bisnis satu perusahaan dalam jangka panjang.
Di samping itu, pemodal kapital dan investor kerap mempertimbagkan aspek rumit lainnya termasuk soal keberlangsungan satu model bisnis. Terlebih jika satu bisnis menjadi perusahaan pertama di suatu industri yang membuat proses penilaian menjadi semakin kompleks.
Berdasarkan riset CB Insight, hingga Januari 2019 ada lebih dari 300 unicorn di seluruh dunia. Beberapa unicorn bahkan sudah ‘naik kelas’ dengan mengantongi status sebagai decacorn (valuasi US$10 miliar) dan hectocorn (valuasi US$100 miliar).
Kelima perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia menurut CB Insight yakni Toutiao atau Bytedance (US$75 miliar), Uber (US$72 miliar), Didi Chuxing (US$56 miliar), WeWork (US$47 miliar), dan Airbnb (US$29,3 miliar).
Sementara di Asia Tenggara sejauh ini ada tujuh unicorn dengan empat diantaranya berasal dari Indonesia. Keempat startup unicorn tersebut antara lain Bukalapak, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.
Gojek memiliki valuasi USD 10 miliar dengan investor antara lain Alphabet, KKR & Co LP, Warburg Pincus LLC, Temasek, dan Grup Astra
Tokopedia memiliki valuasi USD 7 miliardengan investor antara lain softbank, sequoia Capital, Cyber Agent Ventures, Beenos Partners, dan East Ventures
Traveloka memiliki valuasi USD 2 miliar dengan investor JD.com, Expedia, Sequoia Capital, Hilhouse Capital, dan GFC.
Bukalapak memiliki valiasi USD 1 miliar dengan Grup Emtek, Ant Financial, GIC, Never Asia, dan Mirae Asset Daewoo.