INITU.ID – Kompleks pemakaman di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir para ulama. Di lokasi inilah sejarah panjang perjuangan agama, pendidikan, dan kebangsaan Indonesia berpadu dalam satu tapak suci.
Papan besar bertuliskan “Daftar Nama-nama yang Dimakamkan di Tebuireng – Jombang” berdiri kokoh di area utama pemakaman. Di bawah naungan kayu berukir khas pesantren, terpampang nama-nama besar yang menjadi bagian penting dari perjalanan Islam di Nusantara.
Dari Hadratussyaikh hingga Generasi Penerus
Di urutan pertama tercantum Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren Tebuireng sekaligus Pahlawan Nasional dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Beliau dimakamkan berdampingan dengan istrinya Nyai Nafiqoh, serta keturunannya yang turut mengabdikan diri bagi umat dan bangsa.
Nama-nama yang tertulis dalam daftar tersebut antara lain:
- Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari – Pendiri Pesantren Tebuireng (Pahlawan Nasional)
- Nyai Nafiqoh
- KH. Abdul Wahid Hasyim – Pahlawan Nasional
- Nyai Solehah (istri KH. A. Wahid Hasyim)
- KH. Abdul Halim Hasyim
- KH. Abdul Karim Hasyim
- KH. Cholil Hasyim
- Nyai Khodijah Hasyim
- KH. Yusuf Hasyim
- Nyai Rumyati Yusuf
- KH. Choudam Hasyim
- Nyai Fatimah Hasyim
- KH. Muchith Muzadi
- KH. Abdullah Karim Hasyim
- KH. Masduqi Hasyim
- Nyai Aisyah
- Nyai Badlowiyah Machfudz
- KH. Badlowi Machfudz
- KH. Badlowi Hasan
- KH. Badlowi Haris
- KH. Muhammad Hasyim
- Nyai Muthmainnah
- KH. Abdul Karim Hasyim
- Nyai Rofi’ah
- KH. Romli Hasyim
- KH. Abdul Munir Hasyim
- KH. Muhammad Sholeh Hasyim
- KH. Muhammad Baidlowi Asro
- KH. Abdul Qodir Hasyim
- KH. Adlan Ali
- KH. Hasyim Hasyim
- KH. Fathurrahman
- KH. Adnan Hasyim
- KH. Faqih
- KH. Ahmad
- KH. Karim
- KH. Idris
- KH. Hasan
- KH. Masduqi
- KH. Mahrus
- Nyai Afifah
- Nyai Mufidah
- Nyai Maimunah
- KH. Imronuddin Hadziq
- Nyai Ummu Kultsum
- Hajjah Mustaghfiroh
- Munawar Baidlowi
- Nyai A. Baidlowi
- KH. Moh. Ahsan Najwan
- Nyai Mahfudzah
- KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
- KH. Sholeh A. Baidlowi
- KH. M. Irfan Hasyim
- KH. Hasyim Hadi
- Moh. Riza Anwar
- KH. Kholil – Guru Pesantren Tebuireng
- Rosyad
- Hajjah Ghodijah
- Haryokto Kadiran
- Wahke Minten
- Banki
- Istri KH. Kholil – Guru Pesantren Tebuireng
- Santri Pesantren Tebuireng (cucu)
- Keponakan Nyai Nairoh (istri KH. Yasin)
- Putri KH. Adlan Ali
- Putra KH. Baidlowi Asro
- Cicit (I)
- Cicit (II)
- Cicit (III)
- Cicit (IV)
- Cicit (V)
- Putri KH. A. Baidlowi Asro
- Buyut (I)
Total lebih dari 70 nama ini menggambarkan silsilah panjang keluarga besar Hadratussyaikh yang berperan penting dalam pendidikan, dakwah, dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pusat Ziarah dan Pendidikan Islam Nusantara
Selain menjadi pusat pendidikan Islam modern, Tebuireng kini juga menjadi destinasi wisata religi nasional.
Setiap hari, ribuan peziarah dari berbagai penjuru Indonesia datang untuk berdoa, mengenang perjuangan para ulama, dan meneladani semangat pengabdian mereka.
Kompleks makam yang terawat rapi ini menjadi simbol pertemuan antara ilmu, iman, dan nasionalisme.
Banyak peziarah mengaku merasakan ketenangan batin saat membaca doa di pusara para kiai.
“Di Tebuireng, kita belajar bahwa perjuangan tidak berhenti di masa lalu. Setiap nama di sini adalah kisah keteladanan,” ujar salah satu santri kepada initu.id.
Warisan yang Tak Pernah Padam
Dari Tebuireng, nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin terus diwariskan.
Pesantren ini melahirkan banyak tokoh penting, dari KH. A. Wahid Hasyim hingga KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang membawa semangat toleransi, kebangsaan, dan keilmuan ke panggung nasional maupun dunia.
Kompleks makam ini bukan sekadar tempat berziarah, melainkan monumen hidup perjuangan ulama Nusantara — tempat di mana sejarah, doa, dan cita-cita bangsa berpadu dalam keheningan yang khusyuk.









