Search
Close this search box.

Mengenal 8 Peninggalan dan Sejarah Kerajaan Islam Demak

sejarah kerajaan islam demak di indonesia
Mengenal 8 Peninggalan dan Sejarah Kerajaan Islam Demak

Demak merupakan Kerajaan Islam di Jawa Tengah yang berdiri tahun 1475 Masehi sesudah Kerajaan Hindu Buddha di daerah Jawa. Demak menjadi kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam di seluruh wilayah Indonesia dan dahulunya,Kerajaan ini bernama Glagah atau Bintoro.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah yang mendapatkan dukungan dari wali songo. Pada mulanya, Demak hanya sebuah Kadipaten bagian dari Kerajaan Majapahit. Akan tetapi saat Kerajaan Majapahit mulai mengalami keruntuhan dan Islam mulai bertumbuh, maka Kdipaten ini juga berkembang menjadi sebuah Kerajaan Islam paling besar. Kerajaan Demak ini ditandai dengan beberapa bukti peninggalan sejarah yang akan kami ulas secara lengkap berikut ini lengkap dengan sejarah Kerajaan Demak selengkapnya.

Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah dengan masa pemerintahan dari tahun 1500 sampai 1518 yang saat naik tahta mendapatkan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Dari Babad Tanah Jawa, Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V yang merupakan raja Kerajaan Majapahit terakhir dengan putri Campa. Raden Patah kemudian mulai menyusun kekuatan armada laut sehingga berkembang menjadi sangat kuat.

Demak juga membantu Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis sebab kepentingan Kerajaan Demak juga terganggu oleh kehadiran Portugis di Malaka tersebut, akan tetapi sayangnya serangan yang dilakukan Demak tersebut tidak membuahkan hasil. Raden Patah lalu diganti oleh Adipati Unus dengan masa pemerintahan mulai tahun 1518 sampai dengan 1521 dan Adipati Unus meninggal tanpa meninggalkan keturunan sehingga digantikan oleh sang adik Pangeran Sekar Seda Lepen.

Pangeran Sekar Seda Lepen lalu dibunuh oleh utusan dari kemenakan lain yakni Raden Mukmin, anak dari Pangeran Trenggana yang kemudian naik tahta serta mendapatkan gelar Sultan Trenggana dimana Demak mencapai masa kejayaan dan mencakup wilayah yang luas yakni Jawa Barat yaitu Banten, Cirebon dan Jayakarta, Jawa Tengah dan juga sebagian wilayah Jawa Timur.

Sesudah Sultan Trenggana maka Demak mulai menunjukkan kemunduran dan terjadi perebutan kekuasaan Arya Panangsang, anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan Prawoto, putra tertua dari Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kalah oleh Arya Penangsang, namun Arya Penangsang juga akhirnya dibunuh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana yang kemudian menjadi Adipati Pajang. Joko Tingkir yang kemudian diberi gelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke daerah Pajang.

Keberadaan dari Kerajaan Demak ini diperkuat dengan bukti yang ditemukan, sebagian berupa bangunan dan sebagian lagi berupa properti nuansa Islam. Peninggalan-peninggalan ini adalah Pintu Bledeg, Masjid Agung Demak, Soko Guru, Kentongan, Bedug, almaksurah, situs kolam wudhu dan juga makan sunan Kalijogo dan beberapa peninggalan lainnya. Semuanya ini berkumpul pada satu tempat yakni Masjid Agung Demak dan berikut penjelasannya.

1. Pintu Bledek

Peninggalan Kerajaan DemakPintu Bledek atau Pintu Petir merupakan pintu yang dilengkapi dengan pahatan yang dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo. Dari cerita yang beredar, Pintu Bledek ini dibuat oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang tersambar memakai kekuatan supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah.

Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian pintu ini dipakai untuk pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang keadaannya sudah mulai rusak sehingga di simpan dalam Museum dalam Masjid Agung Demak tersebut.

2. Masjid Agung Demak

Peninggalan Kerajaan DemakPeninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak ini didirikan tahun 1479 Masehi yang kini sudah berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri dengan kokoh sebab sudah dilakukan renovasi sebanyak beberapa kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat dari pengajaran serta syiar Islam.

Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran Kerajaan Demak Bintoro. Secara geografis, Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur masjid yang ada di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi gaya budata Jawa Tengah yang sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak ini juga melukiskan tentang hubungan antara Jawa dengan Islam.

Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian sisi Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan panjang keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan total 128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama, sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.

 

3. Soko Guru atau Soko Tatal

Peninggalan Kerajaan DemakSoko Guru atau Soko Tatal merupakan tiang penyangga dari Masjid Agung Demak yang terbuat dari material kayu dengan diameter 1 meter dan berjumlah sebanyak 4 buah. Semua Soko Guru ini dibuat oleh Sunan Kalijogo dan menurut cerita Sunan Kalijogo baru menyelesaikan 3 buah soko guru dan Masjid Agung Demak sudah dibangun serta sudah mulai masuk dalam tahapan pemasangan atap.

Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit kayu yang berasal dari sisa pahatan dari 3 soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru memakai kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah yang menyebabkan soko guru diberi istilah soko tatal.

4. Bedug dan Kentongan

Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat sekitar Masjid untuk menandai masuknya waktu sholat. Kedua benda ini ditemukan dalam Masjid Agung Demak dengan bentuk seperti tapal kuda dengan folosofi saat dibunyikan atau dipukul maka rakyat sekitar masjid harus datang untuk menunaikan sholat. Bedug dan kentongan ini menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Demak yang juga masih bisa dilihat hingga sekarang.

5. Situs Kolam Wudhu

Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di pakai untuk tempat wudhu para musyafir dan juga santri yang akan melaksanakan sholat, akan tetapi sekarang kolam wudhu ini tidak lagi dipergunakan sebagai tempat berwudhu pada saat ingin melaksanakan sholat.

6. Makam Sunan Kalijaga

Makam Sunan KalijagaSunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari 9 Sunan WaliSanga yang berdakwah di sekitar wilayah Jawa. Sunan Kalijaga wafat tahun 1520 lalu dikebumikan di Desa Kadilangu berdekatan dengan Kota Demak.

Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi peziarah dan juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak.

Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan kemudahan dan juga keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh pengelolanya, agar pengunjung atau peziarah nyaman saat berdoa dan bersholawat.

7. Maksurah

Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding Masjid Agung Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang merupakan adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan Allah.

8. Dampar Kencana

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana merupakan singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian digunakan sebagai mimbar khotbah pada Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan disimpan pada museum Masjid Agung Demak agar terhindar dari kerusakan.

 

 

Raja Kerajaan Demak

Pada pemerintahan Kerajaan Demak, terjadi beberapa kali pergantian Raja dan diantara raja-raja tersebut, ada yang membuat masa kejayaan Kerajaan Demak memperoleh masa kejayaan terbesar sebelum akhirnya runtuh saat raja terakhir naik tahta.

  • Raden Patah

Raden Patah memerintah dari tahun 1500 sampai dengan 1518 yang merupakan pendiri dari Kerajaan Demak yang sebelum mendirikan Kerajaan Demak tersebut dikenal dengan nama Pangeran Jimbun. Sesudah mendirikan Kerajaan Demak maka ia memiliki gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Raden Patah lalu membangun Masjid Agung Demak yang berada di pusat kota alun-alun Demak. Pada tahun 1513, ia mengutus putranya yakni Pati Unus beserta armadanya menyerang Portugis di Malaka, Walau serangan tersebut sudah mendapat bantuan dari Palembang dan Aceh, namun tetap saja tidak berhasil sebab persenjataan tidak bisa mengalahkan Portugis.

  • Pati Unus

Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521 di saat Raden Patah menutup usia. Pati Unus dikenal sebagai seorang panglima perang yang berani dan sempat memimpin perang melawan Portugis di Malaka. Dengan keberaniannya tersebut, ia mendapatkan gelar Sabrang Lor dan ia juga mengutus Katir untuk memblokade Portugis di Malaka dan menyebabkan Portugis mengalami krisis pangan.

  • Sultan Trenggono

Sultan Trenggono memerintah muali tahun 1521 smapai dengan 1546 menggantikan Pati Unus, sebab Pati Unus tidak mempunyai anak sebagai pewaris tahta. Pada pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan dimana ia terkenal sebagai raja bijaksana serta berani sampai ia akhirnya berhasil memperluas kekuasaan mencapai wilayah Jawa Timur dan juga Jawa Barat. Tahun 1522, Sultan Trenggono mengutus tentaranya menuju Sunda Kelapa dipimpin oleh Fatahillah yang berhasil menyingkirkan Portugis keluar dari Sunda Kelapa sehingga Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta dengan arti kemenangan sempurna sehingga saat ini dinamai dengan Jakarta.

Pada pemerintahannya, Sultan Trenggono juga memiliki niat untuk menyatukan Pulau Jawa berada di bawah kekuasaan Demak dan ia mengambil beberapa langkah untuk mewujudkan hal tersebut yakni menyerang Pasuruan di Jawa Timur yaitu Kerajaan Hindu Supit Urang yang dipimpin dirinya sendiri, serangan ini tidak menghasilkan sebab Sultan Trenggono wafat. Sebelumnya ia juga menyerang wilayah Cirebon serta Sunda Kelapa yang dipimpin Fatahillah. Ia juga menggelar perkawinan politik seperti Pangeran Hadiri yang dijodohkan dengan putrinya yakni adipati jepara dan Fatahillah dijodohkan dengan adiknya, sementara Pangeran Pasarehan dijodohnkan dengan putrinya yang kemudian menjadi Raja di Cirebon dan Joko Tingkir dijodohkan dengan putrinya adipati Pajang.

Lihat juga berita-berita INITU di Google News, Klik Disini

Share the Post:

Related Posts