INITU.ID – Istidraj adalah ketika seseorang mendapatkan kenikmatan, ketenangan atau kekayaan yang berlimpah dalam hidup namun pada hakekatnya sedang lalai saat jauh dari Ibadah kepada Allah SWT.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Secara bahasa pengertian Istidraj adalah diambil dari kata ‘daraja’ (bahasa Arab) yang berarti naik satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun, lebih dikenal sebagai istilah azab yang berupa kenikmatan.
Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An’am ayat 44 sebagai berikut:
فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44).
Jadi ketika kita melihat atau merasakan kenikmatan yang luar biasa namun terrnyata kita dalam kondisi lalai bisa jadi masuk dalam istilah Istidraj.
Baca juga: Syarat Sah, 6 Rukun Wudhu Sebelum Sholat, Pertama Niat Terakhir Tertib
Adapun mengenai sabda Rasulullah:
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ ، وَجَنَّةُ الكَافِرِ
“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim)
Dikisahkan ada seorang bernama Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang yahudi. Seperti diketahui, Abdullah bin Mubarak ini adalah ulama tabi’in yang kaya raya. Yahudi pedagang minyak eceran yang pakaiannya kotor dan tangannya menghitam itu bertanya,
“Wahai Ibnu Mubarak, bukankah disebutkan dalam hadits bahwa dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir, tetapi mengapa engkau yang muslim justru kaya raya dan aku yang non muslim justru miskin dan menderita?”
Baca juga : Memahami Bagian-Bagian, Fungsi Indra Peraba Dan Perasa, Kulit
Dengan wajah teduh Ibnu Mubarak menjawab, “Kekayaan dan kebahagiaanku ini laksana penjara jika dibandingkan dengan surga yang akan ditempati oleh orang mukmin nanti. Sedangkan penderitaanmu di dunia ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan neraka yang menantimu di akhirat nanti.”
Mendapat jawaban tersebut, penjual minyak tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia masuk Islam.