Tepat 1 bulan lalu hari Jumat, tgl 20 November 2020 saya merasakan gejala panas dingin, badan meriang dan linu-linu. Saya kira hanya masuk angin biasa, minta istri ngeroki. Alhamdulillah sudah agak membaik.Saya sempat mencuci kendaraan dan beraktivitas lain untuk mencari keringat, ben tambah sehat. Beberapa jam badan meriang datang lagi.
Setiap panas datang saya minum sanmol (parasetamol), jarak 1 jam setelah minum keringat keluar, suhu tubuh mulai turun. Tidak lama, panas datang lagi dan begitu terus yang saya rasakan.Hari kedua sejak gejala, tenggorokan mulai nyeri. Hari ketiga sejak gejala hilang indra perasa dan indra penciuman. Makan masih enak tapi tidak ada rasanya.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Gejala Awal
Sejak ada gejala saya memisahkan diri dari anak-anak untuk tidur dikamar yang lain. Tenggorokan yang nyeri saya minum MHS (minyak herba sinergi) HNI. Sesekali ada batuk, sebagai antisipasi meski dirumah saya memakai masker. Saya cerita ke istri, mungkin ini sakit saya yg dulu kambuh.
Tidak berharap dan tidak berfikir saya kena covid-19. Sampai hari kelima sejak gejala (tepatnya hari Selasa) saya coba ke RS, langsung ke IGD. Saya ceritakan keluhan dll, dianggap tidak gawat darurat karena suhu tubuh 38.5 ( beberapa kali cek suhu d rumah memang segitu juga). Oleh dokter IGD saya diminta pulang dan diarahkan ke faskes 1. Hari Rabu, hari keenam saya ke faskes 1 mengajukan cek lab lengkap. Disetujui oleh dokter kecuali faal hati dan widal.
Saya pernah punya riwayat liver (hepa A), akhirnya nambah sekalian cek 2 bagian yg tidak ditanggung BPJS. Siang hasil lab cek darah lengkap sudah keluar, hasil negatif semua. Mulai berfikir untuk cek swab (pcr). Browsing beberapa klinik dan RS yg melayani swab, khususnya terkait biaya dan hasilnya keluar kira-kira berapa hari. Alhamdulillah nemu salah satu klinik yang bisa melayani swab pagi hari, sore hasilnya keluar.Saya minta sore bisa keluar hasilnya, agar bisa antisipasi terhadap keluarga dan segera memutuskan kira-kira langkah berikutnya apa, kalaupun saya positif atau negatif.
Bersyukur
Alhamdulillah bersyukur punya sahabat rasa saudara ketika saya kabarkan kondisi saya. Saya langsung mendapatkan masukan dan saran. Apa saja yang harus saya lakukan dan antisipasi agar tidak menulari yang lain. Salahsatunya mas2 dokter FK Unair, senior sewaktu kuliah di Unair.
Beliau senantiasa memantau perkembangan kesehatan dan keluhan yang saya rasakan.Yang saya rasakan sampai hari ketujuh ketika saya menjalani swab / pcr adalah badan meriang (panas dingin), tenggorokan nyeri (sesekali batuk), ndredeg (dada berdebar), badan sakit semua (koyok digebuki wong sak kampung), perut mulai mual (nafsu makan berkurang). Mau ke KM jarak tidak lebih dari 6 meter saya hampir gak kuat. Nafas ngos2an, dan nggliyeng (kepala pusing).
Penelusuran (Tracing)
Saya coba tracing, kira-kira kena virus ini darimana. Kontak teman yang dalam seminggu bertemu dan jalan bareng. Kemudian mencoba hubungi beliau, dan ternyata sudah merasakan gejala yang sama.
Beliau sudah hari kedelapan sejak gejala. Imun mulai naik, sebelumnya tidak bisa apa-apa juga. Jadi saya kontak dengan teman yang sudah terpapar hari Minggu tgl 15 November 2020. Saya lima hari sejak kontak baru muncul gejala, teman saya hari Senin langsung drop (gejala pertama). Teledor saya waktu itu, ketika bertemu satu mobil saya lepas masker (tidak tahu kalau teman ternyata sudah terpapar).
Tahu sendiri didalam mobil, udara terbatas, AC kendaraan nyala, tanpa masker dan kita ngobrol bersebelahan. Droplet ‘muncrat’ kemana-mana. Padahal selama ini masker tidak pernah lepas, meski belanja di toko tetangga sebelah rumah, saya sekeluarga tetap jaga prokes minimal pakai masker dan cuci tangan kaki setiap habis dari luar rumah.
Menjadi pelajaran yang sangat berharga, jangan pernah tinggalkan masker disaat sekarang. Hari kedelapan tepatnya hari jumat sejak ada gejala, saya coba berkomunikasi dengan Puskesmas (PKM). Ada bagian khusus menangani covid-19. Saya kirim hasil swab ke beliau.
Waktu saya datang langsung ke PKM beliau masih rapat, saya kontak-kontak WA. Alhamdulillah beliau langsung merespon. Menawari saya isolasi mandiri (isoman) di hotel delta mayang Sidoarjo. Jam 10 kontak-kontak, saya setorkan KTP dan KK juga, beberapa menit kemudian dikabari “bisa langsung berangkat isoman mas”, jelas beliau.
Isolasi Mandiri
Saya minta waktu sampai jam 12.30 wib untuk pulang dan persiapan serta mengkondisikan keluarga. Alhamdulillah keluarga (istri dan anak-anak, 7, 5 dan 1,5 tahun) kondisi sehat, tidak ada gejala sama sekali. Keputusan untuk isoman keluar rumah menjadi hal yang tepat juga agar tidak menulari yang lain. Mas dokter hanang bilang “hasil swab saya ini virus masih berjaya, tentara belum muncul, jadi resiko penularan saya ini kategori tinggi”
. Kamar mandi masih 1, meski kamar sudah pisah, anak-anak butuh bermain yang kadang keluar masuk kamar yg saya pakai juga. Saya berangkat isoman pukul 12.30 wib ke delta mayang. Sampai dilokasi diarahkan oleh security ke lantai 1 kamar 115. Sampai di kamar, saya langsung ditelp oleh perawat dari dinas kesehatan (Dinkes) Sidoarjo. Jadi komunikasi kita melalui telp dan WA.
Baca juga “Kamus Kumpulan Istilah Baru Terkait Corona Covid19.”
Dijelaskan peraturan selama isoman. Terimasuk kewajiban untuk berjemur setiap hari jam 08.00-10.00 wib. Setiap pagi di telp tanya kabar, ” apakah ada keluhan bapak Dhian ?”. Nasi kotak ditaruh didepan pintu. Obat untuk meredakan keluhan (apabila ada keluhan) ditempel dpintu.
Hari kesembilan sejak gejala atau hari kedua selama di tempat isoman, batuk saya muncul. Durasi batuk lebih sering daripada ketika dirumah. Perut mual dan badan masih sakit semua. Kondisi yang saya rasakan semakin terasa berat sampai hari kelima sejak isolasi atau hari kedua belas sejak gejala. Berangsur-angsur setelah hari ketiga belas atau hari keenam sejak isolasi, kondisi badan mulai membaik.
Baca juga “Inilah 7 Pemimpin Muda Di Seluruh Dunia Yang Menginspirasi.”
Beberapa keluhan kecuali batuk sudah mulai berkurang. Indra pengecap mulai bisa merasakan asin. Indra penciuman saya rangsang dengan minyak kayu putih. Sedikit sedikit mulai bisa membau. Awal-awal ada gejala, saya diminta mengoleskan minyak kayu putih dibawah hidung. Kemudian diminta merasakan panas aja atau ada bau juga ? Saya hanya merasakan panas saja tanpa bau. Selama isoman saya diberi vitamin dan suplemen tambahan kacang hijau, susu dan telur.
Dari rumah saya bawa madu, sari kurma, biovid pesan ke teman untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Obat covid-19 intinya kembali ke masing-masing pasien. Untuk meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh. Tetap pakai masker, sering cuci tangan dan hindari kerumunan serta jaga jarak ketika kita bertemu dengan orang diluar. Bersyukur dan matur nuwun atas support dari keluarga, setiap hari ditanya kabar, ditelp Bapak Ibu, kakak, dan anak-anak. Sangat sangat meningkatkan imun. Keluarga dirumah juga isoman selama saya isoman di delta mayang. Matur nuwun atas dukungan dari keluarga, saudara, tetangga dan teman selama keluarga isoman. Mulai dari belanja, kebutuhan pokok sampai jajan anak-anak. Semoga Allah membalas semua dengan yang lebih baik.
Baca juga “Kumpulan Inspirasi Caption Instagram Untuk Update.”
Menjadi pengalaman berharga, agar kita selalu waspada dan terus menjaga prokes. Jangan lengah, jangan teledor. Kita menjaga prokes tidak hanya untuk diri kita. Pastinya untuk keluarga kita juga, anak-anak, istri, bapak ibu dst. Bagi teman-teman yang saat ini sedang berjuang, semoga Allah segera berikan kesembuhan dan kesehatan yang paripurna.
Bagi rekan-rekan yang pernah ‘incip’ covid, barangkali ada saudara, kolega, teman atau siapapun yang membutuhkan donor plasma. Barangkali kita bisa saling membantu dan menolong agar juga diberikan kesehatan, pulih seperti sediakala. Sedikit pengalaman ini semoga bermanfaat.
Diambil Dari Facebook Dhian Satria