Baru baru ini kita dihebohkan sebuah berita yang cukup fenomenal tepatnya di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Warga Tuban tersebut mendadak kaya setelah mendapat uang ganti rugi yang Rp 211,9 triliun dari pembebasan lahan seluas 811,9 hektar. Ada yang menyebut 821 hektar.
Diketahui, proyek pembangunan kilang minyak GRR membutuhkan lahan seluas 1.050 hektar. Dengan rincian 821 lahan darat, dan sisanya merupakan reklamasi laut. (CNN Indonesia)
Sementara lahan darat tersebar di tiga desa, yaitu Desa Kaliuntu, Desa Wadung, dan Desa Sumurgeneng. Khusus Desa Sumurgeneng terdapat sekitar 225 hektare lahan yang dibebaskan, dengan jumlah pemilik sebanyak 225 orang.
Warga desa Sumurgeneng, mendapat uang ganti rugi lahan melalui proses penetapan Konsinyasi di Pengadilan Negeri (PN) Tuban. Proses itu selesai pada 10 Desember 2020 lalu.
Sebanyak 225 warga yang berprofesi petani tulen tersebut mendapat miliaran dari hasil tersebut.
Proyek Kilang Minyak
Proyek kilang Tuban merupakan bagian dari program mega proyek kilang Pertamina yang terdiri dari Refinery Development Master Plan (RDMP) dan kilang baru
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kilang Tuban membutuhkan 20.000 tenaga kerja pada saat konstruksi dan 2.500 pekerja saat sudah beroperasi. Targetnya, Kilang Tuban akan beroperasi pada 2026.
Ukuran Kaya dan Keberhasilan
Masyarakat kita masih menganggap materi seperti mobil merupakan ukuran sebuah kekayaan yang harus diperjuangkan, sampai sampai harus viral dan eksis di media sosial.
Ukuran keberhasilan kenap tidak kita ganti dengan membuat sebuah industri baru yang melahirkan ribuan karyawan nantinya. Modernisasi pertanian sehingga menghasilkan produk yang besar dan berkualitas.
Atau membuat sekolah dengan standarisasi terbaik yang melahirkan generasi terbaik dan penerus bangsa. Atau pondok pesatren dengan ribuan santripreneurnya.
Baca juga “Apa Perbedaan Penamaan Desa Dan Kelurahan.”
Kisah jebol desa seperti ini bukan yang pertama, di Gresik tepatnya di Manyar ada juga seperti itu, puluhan warga berangkat umroh setelah mendapat uang ganti rugi yang jumlahnya miliaran.
Mungkin ada juga kejadian serupa yang tidak terpublikasikan. Dalam tulisan ini, kami ingin beropini dari sudut yang berbeda, apalagi saat ini masih suasana pandemi yang mengkhawatirkan semua masyarakat di dunia.
Karena apabila ukuran uang itu masih berupa jumlah maka sudah dipastikan akan berkurang dan apabila tidak bisa mengelola akan berdampak tidak baik kedepannya.
Semoga nanti ada satu atau dua warga yang memang terpikirkan untuk saling berbagi. Barbagi tidak harus uang bisa seperti yang sudah kami sampaiakan diatas. Apalagi dari video yang beredar jalan desa masih sempit dan masih ada infrastruktur yang sepertinya masih perlu diperbaiki.
Di sudut sana ada orang yang untuk mendapatkan 100 ribu saja harus berjuang banting tulang belum lagi dipotong pajak, makan dan sebagainya. Perlu difahami bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.
Bila ukuran sukses itu kita ganti dengan nilai nilai kemanusiaan nilai kebersamaan, gotong royong tentu akan memunculkan optimesme bersama semangat positif yang terus menyebar.
Baca juga “9 Desa Terunik Yang Ada Di Indonesia.”
Semoga Indonesia semakin maju dan sejahtera, dimulai dari desa yang benar benar memahami potensinya. Tentu potensi yang luar biasa.